ESTORIE
Amerika Rasa Eropa di Québec
Published
5 years agoon
By
philipsmarx3 November 2019
Oleh: Daniel Kaligis
Mantra kemajuan ekonomi membikin saya ingin bertualang di sana, di Québec.
Indian, Tomat, dan Saya
Ketika saya masih bocah, saya pernah mendengar ayah saya berkisah tentang orang-orang berkulit merah yang suka memakan tomat. “Sebelumnya tomat dianggap racun, maar orang Indian so coba, tomat itu sedap,” ujar ayah, seraya dia menutur legenda para Indian, dan mengajak saya makan tomat. Dia memberi contoh, makan tomat dengan sedikit garam. Awalnya terasa aneh di mulut, lama-lama terbiasa. Nikmat, dan dalam benak saya berpikir menjadi seperti orang Indian.
Mungkin itu cara sang ayah supaya anaknya yang kerempeng pucat mau makan tomat agar kulit jadi merah.
Di waktu kemudian, dalam beberapa catatan, saya kemudian menemukan, bahwa tomat tumbuh liar di wilayah tropis. Orang Indian menanamnya sebagai sumber makanan. Jangan salah, penghasil tomat terbesar dunia datang dari wilayah Kanada dan Amerika. Pengembangannya pesat hingga rekayasa genetik tomat ungu yang marak di Kanada, berikutnya adalah perang dagang antarnegara.
Tercatat, tomat dibawa Colombus dari Amerika ke Eropa tahun 1498. Meski mereka masih khawatir tanaman itu beracun, namun, pada pertengahan abad delapan belas mereka mulai memasukan tomat sebagai makanan buah sayur. Pada perjalanan Colombus kedua, tahun 1554, budidaya tomat menjadi terkenal di Itali, tumbuhan buah yang merambat di tanah dan semak itu dijadikan tanaman hias, banyak pengagumnya. Orang Eropa memberi nama buah itu sebagai apel emas, apel surga, apel cinta.
Mungkin bukan hanya soal tomat, orang-orang Eropa kemudian datang ke Québec tentu dengan berbagai kepentingan.
Dari membaca beberapa pekan lalu saya juga beroleh informasi seputar Québec. “Old Québec merupakan bagian tertua dari Québec City yang pertama kali ditemukan Samuel de Champlain tahun 1608 dan menjulukinya New France. Setelah ditaklukkan Inggris pada 1759, kota ini diganti namanya menjadi Québec City yang berasal dari kata Kebec milik penduduk asli Suku Algonquin, artinya tempat sungai menyempit atau ‘where the river narrows’. Nama ini sesuai bagi kota yang berada tepat pada pertemuan antara sungai St. Lawrence dan sungai St. Charles yang tersambung hingga Kota Montreal — kota terbesar kedua di Kanada setelah Toronto,” tulis Dinie S.M. Arief, di Kumparan.com, 18 Agustus 2019, dengan tajuk ‘Menjelajah Old Québec, Kota Tua ala Prancis Bak Negeri Dongeng’.
Medio sepuluh tahun silam, pada ketika yang sama dengan hari ini, di 2009, Québec saya obrolin dengan Mary, kawan yang menetap di Denver – Colorado, Amerika Serikat. Melancong ke utara bumi Amerika, sekian tahun silam pernah jadi obsesi saya. Negeri yang pernah dijajah Prancis dan Britania Raya. Kanada adalah anggota La Francophonie dan negara Persemakmuran. Ibukota Québec – Québec City, berada di tepi utara Fleuve Saint-Laurent, sebuah sungai berkedalaman dua ratus lima puluh meter dengan panjang sekitar seribu dua ratus kilometer, dikenal sebagai Saint Lawrence, melintas wilayah Amerika Serikat, yakni Illinois, Indiana, Michigan, Minnesota, New York, Ohio, Pennsylvania, Vermont, Wisconsin, juga melalui wilayah Kanada di Ontario dan Québec.
Kami berencana menjelajah Québec. Mary bercerita tentang teman-temannya dari Asia yang sudah menetap di Québec. Panjang lebar Mary bertutur prihal alam Kanada dan Québec. Kami membincang Saint Lawrence Seaway, terusan terbesar yang membelah wilayah Amerika Serikat dan Kanada serta menghubungkan Great Lakes dengan Samudera Atlantik. Terusan itu dilalui kapal-kapal dan berbagai armada laut.
Apa keterkaitan antara Québec, Indonesia, dan Minahasa? Kami pernah berdiskusi, menemu data, bahwa F.X. Maramis, SH adalah orang pertama yang ditunjuk pemerintah Indonesia sebagai Charge d’Affaires di Kantor Perwakilan Indonesia di Kanada. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kanada dimulai ketika ditandatanganinya persetujuan kedua negara pada 9 Oktober 1952. Kantor perwakilan itu dikenal sebagai Legation Office, beralamat di Aylmer Road, Aylmer, Quebec.
Saat itu: Dia, Mary, masih deras berkisah berbagai kemungkinan di Québec, mengajak cerita penggali gunung, perancang strategi. Saya, mencari data lokasi, membuka sekian literatur tentang wilayah itu.
Manakala libido bertualang menikam benak, saya menera sajak- sajak di bayang luna. Membayang Fleuve Saint-Laurent meliar di rimba purba ketika armada-armada perang menangkut bijih besi beranjak dari koloni itu, kataku: “Angin menderas, beberapa waktu lalu, pepohon masih diterpa badai laut | Lalu pepohon tumbang | Tembok menjulang, batu-batu hitam mengubur pasir dan tanah yang datang dari belahan bumi lain berkubik-kubik.” Catatan ini ada pada medio 2009, lalu saya mengeditnya sekian kali.
Dari cerita Mary, saya dapati sejumlah hal menarik tentang Québec dan Kanada secara luas. Sebagaimana diketahui, sekarang, secara ekonomi, wilayah itu mengalami pertumbuhan luar biasa dalam hal produksi, pertambangan, dan sektor pelayanan. Kenyataan itu telah mengubah Kanada dari ekonomi perdesaan menjadi industri perkotaan. Di Kanada, energi sudah dapat dipenuhi oleh negara itu sendiri. Kanada punya cadangan gas alam yang banyak di pesisir timur, dan tiga provinsi barat, serta sumberdaya lain yang ruah melimpah.
Sekilas ketertarikan saya memang berawal dari Indian dan tomat, lalu mendalami Kanada, utamanya provinsi Québec dan Québec City, berikutnya Montréal – ini adalah kota terbesar kedua di Kanada dan kota terbesar di provinsi Québec.
Di sana ada ‘momok politis’, terutama soal konstitusi antara Québec, dan Kanada lainnya yang mengancam meningkatkan kemungkinan perpisahan di federasi. Namun, karena ekonomi telah menguat, terutama di Quebec, ketakutan akan perpecahan telah mereda. Dengan sumberdaya alam, tenaga kerja trampil, dan pabrik kapital modern, Kanada menikmati prospek ekonomi padat. Setelah 2001, Kanada telah berhasil menghindari resesi ekonomi, lalu mempertahankan pertumbuhan ekonomi terbaik dalam grup G8.
Montréal dalam Quebec:
Klaim dan debat Prancis dengan Britania Raya
“…I went to Quebec, wither some Algonquin savages came, expressing their regret at not being present at the defeat of their enemies, and presenting me with some furs, in consideration of my having gone there and assisted their friends.”
(Samuel de Champlain)
Menjulang puncak-puncak tanpa nama, anak-anak lahir dalam mantra pemanggil elang, terbang dari jurang tebing, mengintip teluk yang diam, lalu kecipak air laut menjadi ombak. Danau, sungai, bebatu disapu ujung zaman es Arktik beku misteri. Onöñda’gega’ berlari di lembah-lembah pekat, Guyohkohnyo’ memandangi langit sore menjingga dan menjauh di ufuk barat: mereka Haudenosaunee, penghuni benua belahan bumi utara.
Laut Arktik senantiasa beku, menyambung cerita di timur bumi utara – elok Samudra Atlantik Utara – Laut Karibia di selatannya, sebelah barat Samudra Pasifik Utara.
Pengembara, pertapa, asap, dan siul panjang menggema di dinding belantara. Shades, sore tenggelam pada lamunan. Keping-keping kristal mengental dalam gua-gua purba. Shades, bermain di bayang air, rimba nan lara, awan menyatu dalam mendung, kemudian gulita. Lembah, di mana kelopak-kelopak bunga liar dipermain desau, tercerai badai.
Ribuan zaman terkurung sunyi: Gunung Royal, diterjemahkan dari Mont Royal, adalah muasal penyebutan bagi Montréal di Québec. Medio 1535, penjelajah Perancis, Jacques Cartier, berlayar ke Teluk Saint Lawrence, menyusur Sungai Saint Lawrence. Dia disebut penemu Montréal.
Penjelajah Prancis lainnya, Samuel de Champlain, tiba di Québec enam puluh tahun sesudah kedatangan Jacques Cartier. Samuel de Champlain terkenal sebagai penjelajah trampil berbagai bidang, navigator, kartografer, juru gambar, prajurit, ahli geografi, etnolog, diplomat, dan penulis sejarah. Dia mencatat lebih dari dua puluh perjalanan melintasi Samudra Atlantik. Dia juga yang mendirikan Quebec, dan New France, pada 3 Juli 1608. Samuel de Champlain tokoh penting dalam sejarah Kanada. Dia menciptakan peta pantai akurat pertama selama penjelajahannya, dan mendirikan berbagai pemukiman. Namanya diabadikan untuk menamai danau Champlain.
Samuel de Champlain mulai menjelajahi Amerika Utara pada 1603. Dia dituntun pamannya, François Gravé Du Pont. Dari 1604 hingga 1607, ia berpartisipasi dalam eksplorasi dan penyelesaian pemukiman permanen Eropa pertama di utara Florida, Port Royal, Acadia (1605), serta pemukiman Eropa pertama yang kemudian dikenal sebagai Saint John, New Brunswick. Dia juga yang memetakan Great Lakes, dan menerbitkan peta perjalanan, tinggal di sana, bercengkrama dengan lingkungan dan penghuni wilayah itu, berkawan dengan suku Huron, memerangi Haudenosaunee, berkuasa, sehingga dia dapat menera kisahnya tentang apa yang dipelajarinya dari ‘penduduk asli’.
Samuel de Champlain bukan turunan raja atau bangsawan. Dia hanya jelata, namun punya reputasi hebat sebagai navigator membikin dia beroleh penghargaan di istana Henry IV. Seperti itu dicatat ENCYCLOpedia.com.
Pada 1620, Louis XIII dari Prancis memerintahkan Samuel de Champlain berhenti eksplorasi, kembali ke Québec, dan mengabdikan dirinya mengurus administrasi di la Nouvelle-France, tanah yang oleh perintah François I, Raja Prancis, kepada Jacques Cartier untuk menemukan pulau dan tanah yang konon punya sejumlah besar emas dan kekayaan lain – diterjemahkan – certaines îles et pays où l’on dit qu’il se doit trouver grande quantité d’or et autres riches choses.
Samuel de Champlain menjabat sebagai Gubernur New France, gelar yang kelihatannya hampir mungkin tak tersedia baginya secara resmi karena statusnya yang jelata. Champlain mendatangi Montréal, mendirikan pos perdagangan bulu di sana, dan menamai daerah ini sebagai La Place Royale, yang bermakna tanah kerajaan. Dia mendirikan perusahaan dagang, mengirim berbagai barang kebutuhan, terutama bulu, ke Prancis, dan mengawasi pertumbuhan la Nouvelle-France di lembah Sungai St. Lawrence hingga kematian, 1635. Dikenang namanya sebagai ‘Father of New France’ dan ‘Father of Acadia’. Banyak tempat menyandang namanya, jalan, dan bangunan di timur laut Amerika Utara, terutama Danau Champlain.
Miris bagi Haudenosaunee, Onöñda’gega’, Guyohkohnyo, ‘penduduk asli’ itu desa-desanya mulai menghilang, mungkin bermigrasi karena katanya penyakit menular yang dibawa para pendatang, juga ada perang antar suku.
Britania Raya dan pemerintah Kanada punya pandangan sendiri tentang Kanada. Mereka menyebut Giovanni Caboto-lah yang menemukan Newfoundland pada tahun 1497. Giovanni Caboto dikenal juga sebagai John Cabot, navigator dan penjelajah Italia. Dia disponsori Raja Henry VII dari Inggris untuk menemukan rute pelayaran ke Asia melalui Samudra Atlantik Utara. Namun, pada 1497, ia malah sampai di Amerika Utara.
Di masa Giovanni Caboto, kebanyakan orang Eropa menganggap Amerika Utara sebagai wilayah tak penting. Mereka tidak mengetahui potensi, dan hanya sedikit yang melihat nilai ekonomis dari daerah itu. Mereka lebih tertarik menemukan jalur perdagangan ke Asia dan memperoleh kekayaan dengan mudah, yaitu dengan merompak galleon, yakni kapal Spanyol yang membawa emas dari Karibia.
Sekitar tahun 1600, orang-orang Eropa, menjauh dari pertikaian agama dan perang di negerinya, berlayar ke Amerika Utara untuk memulai kehidupan baru. Koloni pertama Inggris yang berhasil, didirikan pada tahun 1607 di Jamestown, Virginia, nyaris disapu bersih oleh wabah penyakit, kelaparan, dan masalah dengan ‘penduduk asli’.
Eropa lama memang doyan bertempur sesama mereka. Padahal, mereka adalah keluarga, Maison de Bourbon, sekitar abad tiga belas mereka eksis. Dinasti ini kemudian menjadi salah satu keluarga penguasa terkuat Eropa yang anggotanya menjadi raja-raja Navarra, Prancis, Spanyol, dan sebelah selatan Italia.
la Nouvelle-France, dan Québec masuk dalam cerita itu. la Nouvelle-France pindah tangan pada Spanyol dan Britania Raya tahun 1763. teritori la Nouvelle-France yang membentang dari Pulau Newfoundland hingga Pegunungan Rocky, dan dari Teluk Hudson hingga Teluk Meksiko jadi perkara.
Medio 1701–1714, perang berkobar antara kekuatan besar Eropa yang berkaitan dengan ketakutan akan kemungkinan penyatuan Spanyol dan Prancis di bawah seorang raja dari Maison de Bourbon.
Spanyol punya banyak jajahan: Napoli, Milan, Belanda Spanyol, dan Hindia. Inggris dan negara lain merasa penyatuan tersebut akan mengubah keseimbangan kekuatan di Eropa. Pertikaian antara yang mendukung penyatuan – orang Spanyol yang loyal kepada Philip V, Prancis, dan Elektorat Bayern – melawan penentang penyatuan – Aliansi Agung yang terdiri dari orang Spanyol yang loyal kepada Charles, Kekaisaran Romawi Suci, Britania Raya, Republik Belanda, Kerajaan Portugal, dan Kadipaten Savoy.
Memang medan pertempuran lebih banyak berkecamuk di Eropa, namun, di Amerika Utara juga pecah Perang Ratu Anne.
Pertikaian lebih dari satu dekade itu disudahi Traktat Utrecht dan Traktat Rastatt. Atas dasar dua traktat tersebut, Philip V tetap menjadi Raja Spanyol namun dihapuskan dari daftar penerus Prancis, sehingga menghilangkan kemungkinan penyatuan antara kedua kerajaan. Austria memperoleh wilayah Spanyol di Italia dan Belanda. Hegemoni Prancis di Eropa diakhiri dan keseimbangan kekuasaan menjadi bagian dari tatanan internasional.
Kenang 1776, sekitar empat puluh kapal Britania Raya mengangkut lebih dari sembilan ribu tentara tiba di Quebec City. Mereka didaratkan untuk kepentingan kampanye militer Saratoga tahun 1777. Seperti itu ditulis Gustave Lanctot pada Canada and the American Revolution 1774–1783. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, (1967).
Benteng-benteng didirikan, revolusi, perbudakan, kekuasaan gelisah, perebutan pertambangan mineral, jatah ekonomi, propaganda, menjadi catatan panjang yang memang masih enggan ditelusuri.
Basque Memburu Paus, Menemu Amerika Utara
Ratusan tahun sebelum Jacques Cartier singgahi Québec, wilayah itu sudah disorot dari laut. Pekik sorak pelaut Basque meninggi, menggema di tebing terjal tepi samudera, berlayar jauh menyasar Labrador, singgahi Terranova, datangi pantai-pantai yang belum dikenal, menantang ganas gelombang. Riang gembira mereka menangkapi paus.
Namun, beradab-abad sebelum kedatangan pelaut Basque, area utara Amerika itu sudah dihuni. Sajak diulang: “Julang puncak tanpa nama, anak-anak rimba lahirkan mantra pemanggil elegi, mengitar jurang tebing, mengintip teluk diam, kecipak air membentuk ombak gelombang. Danau, sungai, bebatu disapu ujung zaman es Arktik beku misteri. Anak-anak rimba tumbuh, berlari, turuni jurang tebing menggapai julang, di mana awan-awan menuntas kisahnya usang.”
Sajak berbantah sajak: “Bunda samudera, beri hembusan, hempas ke laut lepas,” Matros bersorak, melempar tombak bertali, catodon macrocephalus membanting-banting badan di air, lalu lemas. Gelombang hantam dinding sampan dinding kapal, perahu-perahu mengepung. Tiang layar bergoyang, kemudian sorak. Perahu merapat di pantai, kapal-kapal menjauh dari pantai.”
Disebut, pelaut Basque mendiami timur laut Spanyol dan barat daya Prancis, mereka bertualang hingga Atlantik Utara dan Atlantik Selatan. Pelaut-pelaut Basque sudah terkenal ratusan tahun sebelum terminologi ‘dunia baru’ jadi populer, yakni belahan barat bumi, yang kemudian dikenal sebagai Amerika. Mereka menyasar bumi utara untuk mencari paus.
Perburuan paus diduga sudah terjadi lebih dari tiga millennium sebelum huruf-huruf ditemukan. Semula pemburu hanya menunggu di pantai, ketika peralatan melaut sudah memadai, perburuan meluas ke samudera. Orang Yunani kuno, abad delapan sebelum masehi, menyebut paus sebagai Cetacea, yakni monster laut besar.
Catatan perburuan paus sudah lama ada. Bertrand d’Argentré, ahli hukum dan sejarawan Prancis, menyebut dalam bukunya History of Brittany (1582), yang mana Basques, Bretons, dan Normandia adalah yang pertama mencapai ‘Dunia Baru’ sebelum penjelajah samudera yang lain tiba di sana. Pelaut-pelaut Basque menangkap paus secara komersial, dan mendominasi perdagangan selama lima abad. Mereka menyebar ke ujung-ujung Atlantik Utara dan bahkan mencapai Atlantik Selatan.
Senada Bertrand d’Argentré, ada klaim sama tentang petualangan laut yang menyasar Amerika Utara. Bordeaux Etienne de Cleirac (1647), seorang ahli hukum Prancis, menyatakan bahwa Basque Prancis, dalam mengejar paus melintasi Atlantik Utara, menemukan Amerika Utara satu abad sebelum Columbus.
Walau metode berburu dan mengumpulkan ala prasejarah pada umumnya dianggap memiliki dampak ekologis yang kecil, awal perburuan paus di Kutub Utara kemungkinan besar yang sudah mengubah ekologi air tawar. Perkembangan teknik perburuan paus modern abad sembilan belas dipicu meningkatnya permintaan minyak paus, dikenal sebagai ‘train oils’ dan pada abad dua puluh dipicu permintaan margarin dan produk daging awetan.
Catatan lain menyebut yang mana perburuan paus paling awal ditemukan di Korea pada situs zaman Neolitikum Bangudae, yang diperkirakan berasal dari tahun 6000 sebelum masehi. Bangudae, bukti paling awal perburuan paus pra-sejarah.
Disasar daging, minyak, dan lemak paus. Ketika dilihat menguntungkan, kekuasaan ikut campur, konon gereja juga meminta ‘jatah persepuluhan’ dari hasil penangkapan paus. Tercatat pada penghujung 1930-an, lebih lima puluh ribu paus dibantai setiap tahunnya. Ttahun 1986, International Whaling Commission melarang penangkapan paus komersial akibat penurunan ketersediaan paus yang ekstrem.
Boleh jadi hilang dari ingatan Québec, atau cerita tentang Kanada dan Amerika Utara, Basque pernah disebut. Mereka adalah keturunan dari suku Vascones. Etnik Basque sekarang ditemukan di area Euskal Herria, terletak di ujung barat Pirenia. Terdiri dari tiga daerah otonomi di Spanyol dan tiga provinsi di Prancis. Mereka diperkirakan awalnya bermukim di Eropa Barat, di sektor Cantabria, Spanyol.
Pada tulisan Dinie S.M. Arief, tentang Québec di Kumparan.com, 18 Agustus 2019, seperti yang sudah anda baca di awal tulisan ini, juga menyinggung soal paus. “Pada topografi Saint-Laurent memiliki jurang dalam yang sangat dekat dengan tepi sungai sehingga memungkinkan berbagai jenis ikan paus seperti Beluga, Minke, Fin, Blue, dan Humpback dapat terlihat dari tepian terutama saat musim panas Mei – Agustus. Saat pagi hari, kamu akan dibangunkan dengan suara hembusan udara dari punggung ikan paus yang saling bersahutan.”
Québec, Kanada, dan Indonesia
Sudah saya singgung sebelumnya, sejak 1952 Kantor Perwakilan Indonesia sudah ada di Kanada, lokasinya di Aylmer Road, Aylmer, Québec.
Kanada area yang masuk pada Persemakmuran Bangsa-Bangsa, anggota Francophonie, dan sebagian dari beberapa institusi dan pengelompokan internasional dan antar pemerintah termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Perjanjian Atlantik Utara, G7 sebelumnya dikenal G8, Kelompok Sepuluh, G20, Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara dan forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik.
Secara geografis Kanada menempati setengah dari utara Amerika Utara. Wilayah ini berbatasan dengan Amerika Seikat di selatan, dan di barat laut dengan Alaska. Kanada terbentang dari Samudra Atlantik, dan Selat Davis di timur sampai ke Samudra Pasifik di barat. Di utara terletak Laut Beaufort, dan Samudra Arktik. Tanah Hijau ada di timur laut.
Saya membaca berita tentang Indonesia dan Kanada, dimuat pada situs Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menyebut yang mana, “Forum Konsultasi Bilateral Indonesia – Kanada dimulai 30 Juli 1997 ketika Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada saat itu Ali Alatas dan Menteri Luar Negeri Kanada, Loyd Axworthy menandatangani deklarasi bersama tentang Pembentukan Forum Konsultasi Bilateral. Forum ini berfungsi sebagai dasar bagi Indonesia dan Kanada untuk menyelenggarakan beragam kerangka kerjasama di berbagai isu yang mencakup bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya di mana kedua negara menaruh perhatian yang sama.”
Pada situs itu juga disebutkan, bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir, volume perdagangan kedua negara mencapai nilai tertingginya pada tahun 2014 dengan total volume perdagangan mencapai USD 3,212 miliar. Walaupun pada tahun 2015 dan 2016 volume perdagangan antara kedua negara mengalami penurunan yaitu sebesar USD 2,727 miliar (2015) dan USD 2,324 milliar (2016) namun pada tahun 2016 Indonesia berhasil mencetak surplus perdagangan sejumlah USD 122 juta. Pada tahun 2017, volume perdagangan antara kedua negara mengalami kenaikan hingga mencapai USD 2,665 miliar dimana Indonesia kembali mencetak surplus perdagangan sebesar USD 1 juta terhadap Kanada dengan total impor sebesar USD 1,333 miliar.
Catatan panjang masa silam, menjadi lembar evaluasi hari ini. Dari sejumlah data yang saya peroleh seputar Québec dan Kanada, ada dua hal menarik:
Pertama, New Brunswick ialah satu-satunya yang secara resmi provinsi dwibahasa, kedudukan yang secara spesifik dijamin Piagam Hak dan Kebebasan, dengan warga negaranya yang memiliki hak bahasa yang sama di tingkat provinsi sebagaimana seluruh warga negara Kanada punya di tingkat federal. Beberapa pemerintah provinsi, khususnya Manitoba, dan Ontario, menawarkan banyak layanan pada penduduk minoritas Prancisnya.
Kedua, tentang bahasa. Bahasa resmi Quebec ialah Prancis, sebagaimana didefinisikan oleh Piagam Bahasa Prancis yang melindungi penggunaan Bahasa Prancis, namun juga menyediakan hak tertentu pada penutur Inggris, dan bahasa-bahasa asli. Quebec menyediakan banyak layanan pemerintahan dalam bahasa Prancis, dan Inggris.
Apa rasa Eropa yang masih kental di sana? Menu Eropa? Fortified walls yang mengelilingi kota-kotanya dari gempuran musuh? Gedung dan arsiteknya, bangunan tua ala Prancis, bahasanya, kenangan para pelarian Eropa yang menghindar pertikaian agama, ada lagi? Tentu masih banyak yang dapat anda jumpai bila anda berkunjung ke Kanada, utamanya Québec.
Mudah-mudahan ada yang dapat ditarik dari tulisan seputar Québec ini, soal rasa? Saya punya evaluasi kecil, mereka datang ke Québec dan Kanada karena – dulu – menghindari pertikaian. Maka, kita juga mestinya seperti itu, jangan bertikai, berdamai saja.
Dunia punya rasa sama yang harus terus dijaga, ada dua: perdamaian, dan kemanusiaan. (*)
Editor: Denni Pinontoan