GURATAN
Bolakaki, Perang, Bredel, dan Kuasa di 20
Published
6 years agoon
By
philipsmarx21 Januari 2019
Oleh: Daniel Kaligis
“Januari 20 punya catatan. Perang, pertikaian, dan drama dengan atau tanpa skenario.”
LANTAI sebelas sebuah ruang, Marthin dan saya duduk berhadapan, kami ngobrol menu makanan, harga minuman, sajak-sajak, siklon tropis, dan politik lokal di Sulawesi Utara. Tarikh Januari bergeser berapa digit di 2019, saat itu. Malam hitam di luar jendela, sesekali saya mengintip cahaya bermain di teluk tertimbun batu. Hotel di mana kami bertemu ini berada di tepi pantai, kawasan Megamas Jl. Piere Tendean Boulevard, Manado.
Seperti biasa, saban bertemu ada saja yang diulang. Tembang yang sering kami dengar di masa lampau, dengan sinis dinyanyikan, “Sa kow mange mong wana tana’ jaoh, mange mong ma’ilek-ilek laa kow, sayang,” ujar saya, dan ditertawai Marthin. Saya menanya kabar bagaimana kerjaannya sekarang. Marthin, penyuka sepak bola. Dia adalah Chef de Party di salah satu hotel di Manado, dan sekarang menjadi Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia di tempatnya bekerja. Sudah sekitar dua puluh lima tahun bekerja di hotel itu.
Banyak yang kami bincang, demikian banyak tanya tak perlu jawaban selekas-lekasnya. Seperti catatan silam: Katanya, negara kita hebat pemimpin kita hebat, apa dan siapa pembandingnya? Hebat dibanding negara mana? Hebat dibanding daerah mana? Hebat dibanding siapa? Lagu dan tembang kita selalu belagu. “Media sekarang memang perlu dipertimbangkan kewarasannya,” ujar Marthin menyindir saya. Kami lalu membahas sepak bola, media, dan sejarah, walau memang hanya sebatas cerita, sebab kami bukan ahlinya. Kami bercerita visi, dan lokasi-lokasi.
Saya menyukai Itali, minat sejarahnya, bukan sepak bola-nya. Punya sesuatu yang saya tarik mundur tiga puluh empat tahun. Dari beberapa catatan yang saya himpun, hari ini di 20 Januari 1985, seorang anak muda mengawali debut profesional di klub besar kota kelahirannya, bermain bersama AC Milan. Supremasi terbaik yang pernah diberinya bagi ‘Setan Merah’ ialah ketika tim-nya memperoleh gelar ganda: di Serie A dan Liga Champions pada musim kompetisi 1993 – 1994. Karirnya di Tim Nasional Italia bermula pada 1988, dan ia jalani empat belas tahun hingga pensiun pada 2002 dengan menoreh 7 gol pada 126 kali penampilannya. Rekor itu kemudian dilampaui Fabio Cannavaro pada 2009, dan Gianluigi Buffon pada 2013. Siapa lagi dia kalau bukan Paolo Cesare Maldini.
Tertarik dengan Maldini, itu Marthin. Pernah menutur panjang lebar tentang prestasi Maldini. Sama-sama membuka gadget dan menemukan data ini: Maldini menghabiskan seluruh kariernya di Serie A selama dua puluh lima tahun bersama AC. Milan hingga pensiun pada 2009. Ia memenangi dua puluh lima piala bersama Milan yakni Liga Champions UEFA sebanyak lima kali, Serie A tujuh kali, sekali Piala Italia, Piala Super Italia lima kali, Piala Super UEFA empat kali, Piala Interkontinental dua kali, dan sekali Piala Dunia Antarklub FIFA.
Berapa hal kami ingat, banyak dilupa. Dari cerita sepak bola, saya beralih ke tanah leluhur, Minahasa. Kenang pada kerabat dan kawan-kawan di masa lalu, cerita yang tak pernah berujung menjadi nyanyian, doa, dan sajak. Seperti api dalam tembikar meluruhkan rahim, meng’ada’, ber’ide’, kemudian lupa datang sedemikian cepat.
Pengingat di media sosial meminta berbalik, melihat sajak tanah leluhur yang ditulis ulang pada 20 Januari 2010: jejak-jejak menggemakan tangis belantara | mata tanpa kelopak | kaki-kaki tanpa tapak | sungai mengalirkan peradaban asing | lakon usai mendramatisir panggung penggugat || kata | teriakmu musnah | tembang airmata || lumpur mendidih | irama angin || retorika daun-daun | tempat burung-burung menyanyikan rumah mereka yang musnah kini dan hari nanti.
Bagi Minahasa, catatan sejarah menyebut bahwa pada 20 Januari 1950, Pejabat Bupati Minahasa, Jan Piet Mongula, menyelesaikan tugasnya diganti Dr. Peils Maurits Tangkilisan, MPA. Diketahui Jan Piet Mongula menjabat sebagai kepala daerah menggantikan Dirk August Theodorus Gerungan, Bupati Pertama Minahasa yang menduduki jabatannya sejak 20 Maret 1948.
Minahasa menjadi pengingat, tutur turun-temurun hingga menjadi Indonesia, ada banyak yang tak sempat dicatat, atau boleh jadi sengaja dibiarkan tidak ditera tinta sejarah. Bagaimana dinamikanya? Dulu kota Tomohon adalah bagian dari Minahasa, dan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003, atas aspirasi orang-orang di wilayah itu, Tomohon, berikutnya wilayah Selatan Minahasa menjadi otonom yang berdiri sendiri lepas dari induknya. Menyusul kemudian Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara.
Januari punya catatan. Perang, pertikaian, dan drama dengan atau tanpa skenario. Perilaku kejam yang disejarahkan dalam tarikh masehi salah-satunya adalah pembantaian orang-orang yang dilakukan Mecius Qointus Decius. Serdadu beringas itu semakin menjadi-jadi manakala diangkat sebagai jendral pada masa pemerintahan Kaisar Pilipus. Perlakuan kejam Decius, yakni pembantaian di Roma yang dimulai pada 20 Januari 250 masehi. Sebelumnya, tahun 248, Decius diberi tugas memadamkan pemberontakan suku Goth. Karena mabuk kemenangan atas Goth, pasukan yang dipimpin Decius menobatkannya sebagai Kaisar Roma. Decius berbalik menyerang Roma. Di medan tempur Verona, Kaisar Pilipus terbunuh, dan Decius resmi dinobatkan sebagai Kaisar Romawi sejak tahun 249.
Kisah Decius itu tidak kami bahas ketika bersua di lantai sebelas yang saya tuliskan di alinea pembuka. Marthin akan menertawai saya lebih keras lagi jika saya bicara lebih dari dua puluh kata. Dan, anda boleh tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan ini. Silakan tertawa bila anda mau.
Perang adalah sejarah, walau tak semua sejarah adalah tentang perang. Kisah cinta, ada dalam kitab sejarah, entah hari ini negara memberi arti pada peristiwa-peristiwa semacam itu. Atau, hanya pemanis cinta pada tanah air dan kisah kepahlawanan ala perangkat punya senjata yang masuk dalam lembar-lembar sejarah negara. Boleh kita sama-sama merenung, hening cipta walau kita tidak berada di lapangan upacara.
Masih tentang dua puluh Januari. Karena menyenangi sungai, saya menyukai Rio de Janeiro. Data berapa tahun silam menyebut metropolitan Rio de Janeiro Raya merupakan kota terbesar keempat di dunia. Tercatat, pada 20 Januari 1567, terjadi Pertempuran Rio de Janeiro. Estácio de Sá memimpin pasukan Portugis dan mengusir keluar Perancis dari Rio de Janeiro.
Sejarah dunia adalah kilasan teks tentang hal-hal yang saya sebut itu: tertawa, menangis, kesenangan, kesedihan, dendam masa silam, maaf hari ini, visi positif yang akan menjadikan ketika berikutnya lebih baik karena evaluasi yang berkali-kali.
Orang miskin ada dalam kitab sejarah. Medio 20 Januari 1949, program bantuan ekonomi untuk negara-negara miskin diumumkan Harry S. Truman, Presiden Amerika Serikat, dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat ketiga-puluh-tiga dengan masa jabatan penuh. Bantuan itu dikenal dengan Point Four Program. Bantuan ekonomi yang dirancang Truman ada di butir keempat dalam pidato pelantikannya. Program ini mulai dikerjakan pada tahun 1950, kemudian diperluas jangkauannya ke bidang pendidikan dan kesehatan. Mungkin bantuan ini juga masuk Indonesia, sebab program ini ditulis juga dalam edisi khusus Ensiklopedia Indonesia Jilid 7, disebutkan bahwa bantuan itu ditujukan untuk menggalakkan penanaman modal swasta dan pengaruh Amerika Serikat di negara-negara ‘tersebut’.
Point Four Program mendapat kritik dari dalam Amerika Serikat dan negara-negara lain. Beberapa pengusaha dan produsen pertanian di Amerika Serikat khawatir bahwa program yang ditujukan untuk membantu negara-negara lain dengan produksi barang dan tanaman mungkin bertentangan dengan kepentingan dalam negeri. Sementara itu, di luar negeri muncul kecurigaan bahwa program bantuan ini hanya bentuk lain dari imperialisme ekonomi yang dirancang untuk memaksa negara-negara Dunia Ketiga agar meningkatkan produksi sumberdaya alam mereka demi kepentingan industri Barat.
Masih ingatkah kita, pada 20 Januari 1978, untuk sementara waktu selama dua minggu, Soeharto memberlakukan larangan penerbitan tujuh surat kabar: Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore di Indonesia. Alasannya yang pernah disampaikan prihal bredel media, adalah karena tulisan-tulisan yang dimuat surat kabar dianggap membahayakan stabilitas negara. Alasan itu dapat anda baca pada tajuk ‘Majalah yang Pernah Dibredel pada Era Soeharto’.
Bredel bukan barang baru, kejadian ini sudah dimulai di masa pra-Orde Baru. Tercatat pada 2 Oktober 1965, Sinar Harapan dibredel agar tidak memberitakan peristiwa yang lagi hangat ketika itu. Bredel bukan barang baru dalam sejarah Indonesia. Seperti yang kita ketahui, manakala Sukarno berkuasa, ia menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin. Dalam di bidang penerbitan, proklamator itu menerapkan pers terpimpin. Media yang isinya dianggap tidak sejalan dengan tujuan demokrasi terpimpin dicabut izin terbitnya. Contohnya Indonesia Radja punya Moechtar Loebis, dan Pedoman milik Rosihan Anwar.
Medio 20 January 2012, saya menera Ferocactus Pilosus. Sebuah kejadian yang terjadi tiga tahun sebelum syair itu dicatat ulang. Kisah cinta anak manusia yang tak mau dicatat tinta sejarah: Perempuan-perempuan membimbing anak tumbuh di atas bus kota seperti ferocactus pilosus | tapak risih | tatap bimbang | kering || tembang kita malam ini tentang besok || waktu menelantarkan kita || pabila engkau tertidur lupalah mimpi || seperti tanya kita di tepi senja kemarin | dapatkah kita menghenti cahaya untuk bersinar? || malam ingatan yang lupa | laparmu bukan birahi yang boleh disimpan dari pagi ke pagi selanjutnya || bila purnama | kau ingat ketul-ketul roti | langit luas menguning seperti keju | ingin kau taburi coklat. Pengembaraan di ibukota dalam mencari sepucuk berita.
Waktu di mana orang ramai-ramai membahas tentang pemilu yang kian dekat saatnya. Obrolan di mana saja menjadi semakin politis. “Jari-jari ciptaan Tuhan, tapi mengapa saat ini jari-jari dan simbol oleh gerak jari dianggap politis,” urai Jepsony ketika kami menuruni escalator di Senayan City, pertengahan September 2018.
Tadi pagi saya menelpon Marthin. Dia ada di rumahnya. Dia bertanya tentang Jepsony. Saya dan Jepsony sering berdiskusi. Apa kabar dunia. Tentang sejarah dan arah pembangunan.
Arah mata sejarah ada pada nama-nama. Lebih dari separuh penduduk dunia mengenal Donald John Trump, lelaki yang lahir dan besar di New York City. Ia lulusan Wharton School di Universitas Pennsylvania 1968 dari jurusan ekonomi. Sejak 1971 Trump mengambil alih kendali perusahaan properti dan konstruksi milik ayahnya, Fred Trump. Trump selalu tampil di berbagai ajang Miss USA, event yang dikuasainya dari medio 1996 hingga 2015. Pada 20 Januari 2017 Donald John Trump dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat keempat-puluh-lima.
Anda punya cerita terkait angka 20? Nah, ini ada seseorang di Indonesia yang terkenal dengan angka 20, yaitu Bambang Pamungkas. Dia adalah pemain sepak bola dari tim Persija di Liga Super Indonesia dan bermain juga untuk tim nasional sepak bola Indonesia. Posisinya sebagai striker. Nama Bambang Pamungkas mencuat di sepak bola Asia Tenggara ketika ia mencetak satu-satunya gol untuk Indonesia di Piala Tiger 2002 saat semifinal melawan Malaysia. Dalam turnamen itu Bambang Pamungkas adalah pencetak gol terbanyak dengan delapan gol. Tentang angka 20, katanya ia suka sebab unik dan tak lazim digunakan oleh seorang striker.
Apa pun tentang 20, hanya sebatas angka, bilangan di antara sembilan belas dan dua puluh satu. Entah dalam prasangka penanda abad, orang menyebut angka 11 sampai 20 pada putaran masa di mana sejarah dan manusia mengalami banyak sekali perubahan. Penemuan pada rentang waktu antara abad sebelas menuju dua puluh teramat cepat dan bahkan tak pernah diprediksi sebelumnya. Pada ketika itu pula pengetahuan atom dan nuklir mulai pesat dikembangkan.
Sekarang tarikh bergeser ke angka 21, maka 20 ditinggal sebagai sejarah. (*)
Editor: Rikson Karundeng