Connect with us

BERITA

BPBD Sulut: Gunung Karangetang dan Soputan dalam Status Siaga

Published

on

30 Januari 2019


Oleh: Juan Y. Ratu


 

kelung.com – Gunung Karangetang dan Soputan dalam status ‘siaga’ atau berada di level III. Status ini berarti aktivitas gunung bergerak ke arah letusan yang ditandai dengan peningkatan Seismik.

“Konsern BPBD Sulut saat ini sebenarnya selain banjir, adalah aktivitas gunung berapi. Karena ada dua gunung berapi di Sulawesi Utara yang memiliki status level III atau siaga, yang tinggal selevel di bawah awas level IV yang aktivitasnya itu sudah meletus memang,” Edwin Monding dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Utara kepada kelung Selasa (29/01) siang di ruang kerjanya.

Monding mengatakan, kalau di daerah lain, yang berada di  level IV atau berada dalam status ‘awas’ adalah gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan level III ada empat gunung berapi, Krakatau yang baru-baru terjadi, gunung Agung di Bali.

Monding mengungkapkan bahwa status siaga gunung berapi ini sudah semenjak bulan November tahun 2018, dan belum adanya tanda-tanda untuk kembali normal.

Bukan hanya pengaruh dari Gunung Soputan dan Gunung Karangetang, ternyata intaian bencana dampak akvitas gunung berapi di Sulut merembes di gunung lainnya, dan berada di level II berstatus waspada.

“Ada 8 gunung berapi di Sulawesi Utara ada dua yang level III dan sisanya level II, level III ini seharusnya kita mengeluarkan siaga darurat. Kalau masih tahap begini masih siaga darurat, kalau sudah kejadian tanggap darurat,” jelas Monding.

BPBD Sulut sudah berkordinasi dengan pihak terkait guna mengantisipasi aktivitas gunung berapi yang sudah berstatus siaga. Masyarakat sudah dihimbau agar mengurangi aktivitas di radius 3-5 kilometer dari titik semburan lava.

“Jadi di sekitar gunung Karangetang dan Soputan tim di sana sudah tahu, dan mereka sudah berkordinasi dengan masyarakat di sana bahwa untuk saat ini jangan dulu beraktivitas diradius 3 sampai 5 kilometer, seperti pendakian itu sudah dihimbau untuk jangan dulu, tapi kalau andai kata masih di level I atau level II nah itu masih bisa,” terang Monding.

Monding melanjutkan bahwa bencana yang perlu diwaspadai adalah gempa bumi, karena bencana tersebut belum dapat diperkirakan karena sampai saat ini seluruh dunia belum memiliki alat yang mampu memprediksikan kapan terjadinya gempa.

BPBD Sulut, menurut Monding sudah berkoordinasi dengan BPBD Siau dan BPBD Mihasa Tenggara, Minahasa, dan Minahasa Selatan. Semuanya telah dalam keadaan siap jika seandainya tiba-tiba gunung-gunung ini meletus.

Sulawesi Utara adalah wilayah yang sangat rawan terjadi gempa bumi karena berada di wilayah pertemuan lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Bila terjadi geseran sedikit gempa bisa terjadi.

“Makanya kita takutkan karena kita di sini rawan gempa, pemicu gempa adalah pertemuan antara dua lempeng, karena setiap kali lempeng bergesek bisa menimbulkan gempa,” kata Monding.

Monding menyarankan kepada masyarakat agar tetap waspada bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar gunung berapi yang berada di level III, dan ia meminta agar masyarakat tetap waspada akan terjadinya banjir dan tanah longsor, serta untuk tidak mudah percaya akan berita hoax yang timbul mengenai bencana alam.

“Disampaikan ke masyarakat agar janganlah beraktivitas di sekitar gunung yang sementara berstatus siaga,” katanya.

BPBD Sulut juga tetap mewaspadai bencana banjir dan tanah longsor. Sementara untuk gempa, Monding menghimbau untuk mewaspadai hoaks karena gempa sebetulnya terjadi setiap hari.

Pulau Sulawesi memiliki 9 gunung berapi, dan 8 diantaranya berada di Sulut. Pulau ini dikelilingi aktivitas vulkanik.(*)

 


Editor: Denni Pinontoan

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *