Connect with us

BERITA

Dicurigai Terlibat dengan Tentara Arakan, Puluhan Orang Ditangkap

Published

on

5 Februari 2019


Oleh: Gratia Karundeng


 

kelung.com – Polisi Myanmar melakukan operasi penangkapan besar-besaran di Negara Bagian Rakhine pada Senin (4/1) pagi. Sebanyak 26 orang ditangkap di kota Kyauktaw, yang terletak di bagian utara Rakhine. Mereka yang ditangkap dicurigai memiliki hubungan dengan Tentara Arakan.

Menurut anggota legislatif dari Rakhine, U Maung Than, tidak ada penjelasan dari pihak kepolisian mengenai sebab penangkapan tersebut. Kepada The Irrawady, Maung Than mengatakan bahwa ia sudah menghubungi pengadilan negeri Kyauktaw dan mendapatkan informasi bahwa Mayor Aung Naing Soe dari Batalyon Infantri No. 375 telah mengantongi ijin untuk melakukan penangkapan.

Dua puluh enam orang yang ditangkap tersebut adalah penduduk desa, salah satunya perempuan. Setelah ditangkap, mereka sudah dipindahkan ke ibukota negara bagian, Sittwe. Aktivis sosial Ko Zaw Win dari Kyauktaw, yang menyaksikan razia polisi di kota itu pada Minggu (3/2) sore, mengatakan bahwa pemeriksaan tersebut menyasar warga desa yang sedang mengungsi. Menurut Ko Zaw Win, dari 26 yang ditangkap, 24 orang adalah warga desa desa Shin Let Wa, yang terletak di zona konflik aktif di wilayah Paletwa Atas di Negara Bagian Chin. Menghindari konflik, mereka datang ke ke Kyauktaw dan untuk sementara waktu menginap di sebuah rumah.

Ko Zaw Win mengatakan rumah tempat warga desa yang mengungsi adalah milik pasangan suami istri Ko Thein Soe dan Daw Hla Hla Yee. Keduanya juga mengaku sudah melaporkan ke pejabat administrasi di lingkungan mereka perihal tamu mereka. Namun pada malam harinya, lebih dari selusin pejabat administrasi dan kepolisian yang kembali dan menginterogasi para pengungsi.

Anggota parlemen U Maung Than Sein menjelaskan bahwa banyak penduduk desa menderita karena pertempuran bersenjata antara Tentara Arakan dan Tatmadaw (tentara Myanmar). Terutama yang menimpa di daerah-daerah pedesaan di Paletwa Atas, ketika peluru artileri kadang-kadang mendarat di dekat desa mereka. U Maung Than mengatakan beberapa warga yang ditahan telah berusia antara 40 dan 50, dan beberapa dari mereka sering bepergian dari desa Shin Let Wa ke Kyauktaw untuk menjual barang di pasar.

“Saya tidak tahu mengapa polisi menjerat orang-orang ini di bawah Pasal 17 (1) Undang-Undang (UU) tentang Keramaian yang Mengganggu Ketertiban,” kata U Maung Than Sein.

Sorotan juga terkait sikap polisi dan pihak administrasi berwenang yang tidak melakukan penangkapan dan razia identitas terhadap para pengungsi dari desa di siang hari. Ada kesan bahwa polisi dan dan pihak administrasi tidak ingin menarik perhatian publik dan memilih melakukan penangkapan pada malam dan dini hari.

Ko Zaw Win mengatakan, jumlah warga warga yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik bersenjata antara Tentara Arakan dan Tatmadaw terus bertambah. Ia meyakini bahwa ada sejumlah rombongan dalam jumlah besar sedang meninggalkan desa-desa mereka dan menuju kota untuk mengungsi. Dia menjelaskan bahwa beberapa desa di wilayah Kyauktaw Atas menghadapi masalah kekurangan makanan akibat blokade yang dilakukan oleh Tatmadaw. Sejak awal Januari, Tatmadaw telah melarang bantuan kemanusiaan mengalir ke desa-desa di dalam zona operasi militer.

Meskipun lebih dari dua lusin warga ditahan, namun pihak berwenang belum mengkonfirmasi alasan dan sebab dari penahanan tersebut.

Warga Kyauktaw lainnya, Ko Kyaw Hla Myint, membenarkan bahwa para pengungsi telah tinggal di sana sekitar tiga hari dan telah secara resmi memberi tahu administrator lingkungan mengenai keberadaan mereka. Ia juga mengatakan bahwa dari 26 orang yang ditahan, dua di antaranya adalah sepasang suami-istri pemilik rumah.

Pada bulan Januari, sekitar 30 administrator desa di Rakhine bagian utara mengajukan surat pengunduran diri ke kantor Departemen Administrasi Umum (DAU) setempat karena takut menjadi sasaran kemarahan warga. Mereka khawatir, penerapan UU karet seperti “Keramaian yang Mengganggu Ketertiban” dapat membuat mereka menjadi sasaran amuk penduduk.

Kelompok humanitarian lokal memperkirakan bahwa lebih dari 6.000 orang telah terlantar akibat meningkatnya kekerasan bersenjata antara Tentara Arakan dan Tatmadaw di bagian Rakhine utara. Termasuk pengungsi dari Negara Bagian Chin, jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi dari 7.000.(*)

 


Editor: Andre Barahamin

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *