Connect with us

BERITA

Dituduh Mata-mata, Warga Negara Australia Ditangkap Cina

Published

on

24 Januari 2019


Oleh: Andre Barahamin


 

kelung.com – Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia merilis pernyataan pada pagi ini (Kamis, 24 Januari 2019) yang mengabarkan bahwa otoritas Cina telah menginformasikan Kantor Kedutaan Australia di Beijing, pada Rabu malam (23 Januari 2019), mengenai penangkapan dan penahanan Yang Henjun, seperti dilansir oleh The Sidney Morning Herald (SMH).

Australia memastikan bahwa mereka akan segera menggelar pertemuan dengan otoritas terkait Cina untuk mendorong agar proses penahanan dan pemeriksaan terhadap Yang, dilakukan secara transparan dan adil.

“Kedutaan kami di Beijing akan segera menggelar pertemuan dengan otoritas Cina pagi ini (Jumat, 24 Januari 2019) untuk mengklarifikasi lebih lanjut mengenai alasan penahanan, juga untuk membuka akses konsulat sedini mungkin, terkait dengan kerjasama bilateral antar kedua negara,” demikian bunyi rilis media tersebut.

Yang, 53 tahun, adalah mantan diplomat Cina, sebelum menjadi warga negara Australia di tahun 2000. Ia mendarat di bandara Guangzhou Baiyun dari New York pada Jumat, 18 Januari 2019, dan dijadwalkan untuk melanjutkan perjalanannya ke Shanghai.

Salah satu kolega Yang di University of Technology Sidney, Feng Chongyi mengatakan bahwa penangkapan tersebut dilatarbelakangi oleh dugaan praktek spionase yang dituduhkan oleh Kementerian Pertahanan dan Keamanan Cina. Penahanan terhadap novelis dan pengamat politik tersebut merupakan puncak dari interogasi yang berlangsung lebih dari 12 jam.

Yang dan istrinya, Yuan Rui Juan dibombardir dengan lusinan pertanyaan, sebelum Kementerian Pertahanan dan Keamanan memutuskan untuk menahan Yang. Anak perempuan dan istri Yang diperbolehkan melanjutkan penerbangan menuju Shanghai, namun Yang masih harus menjalani rangkaian pemeriksaan lain.

Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi mengenai penahanan Yang.

Penangkapan Yang Henjun, membuat Cina kembali berada sorotan dunia internasional. Terutama menyangkut hubungan Cina dengan negara-negara Barat. Sebelumnya, enam bulan sebelumnya, Cina juga menahan dua orang warga negara Kanada, pengusaha Michael Spavor dan mantan diplomat Michael Kovrig.

Penangkapan Spavor dan Kovrig dinilai banyak pengamat sebagai upaya balas dendam Cina terhadap penahanan Meng Wanzhou, Direktur Keuangan Huawei, salah satu mega-korporasi di negeri Tirai Bambu. Meng ditahan atas permintaan Amerika Serikat, terkait dugaan pelanggaran terhadap sanksi terhadap Iran. Sejak saat itu, Kanada dan negara-negara sekutunya yang merupakan bagian dari poros intelejen bersama lima negara, Five Eyes, bersama Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat dan Inggris, khawatir warganya akan menjadi korban berikutnya.

Sebelumnya, pada Desember 2018, Presiden terpilih Dewan Hukum Australia, Arthur Moses, menulis surat terbuka kepada Marise Payne, Menteri Luar Negeri, terkait penahanan yang menimpa Wang Quanzhang. Moses meyoroti keseriusan pemerintah Australia untuk menegaskan sikap terhadap Cina yang dinilai sering melanggar hak asasi manusia (HAM) dan menyasar para pembela HAM.

Moses meminta Payne agar pengadilan yang adil dan transparan” bagi Wang dapat menjadi prioritas dalam diplomasi bilateral Australia dan Cina.

Wang, adalah pengacara HAM yang ditangkap dan ditahan sejak Juli 2015. Ia merupakan satu dari ratusan orang yang menjadi korban dari sapu bersih pemerintah Cina yang menimpa pengacara dan para aktivis HAM. Aksi ini dimulai pada 9 Juli 2015, dan dikenal sebagai peristiwa 709. Lebih dari 300 orang yang ditangkap sudah dibebaskan kembali, tapi Wang masih tetap berada di balik jeruji dan menghadapi ancaman serius mengenai subversi terhadap negara.

Kinerja dan respon lambat Australia, menjadi pelajaran berharga bagi para kritikus Cina yang kini “membelot” ke negara-negara Barat.

Ketika informasi mengenai Yang yang ditahan di Guangzhou diterima, para koleganya segera berinisiatif mengirim kelompok pencari informasi, memperingatkan jaringan pertemanan, lingkaran akademis dan jurnalis tentang peristiwa tersebut. Mereka yang memiliki informasi, saling berbagi, meski sangat berhati-hati karena takut bahwa mereka sedang diawasi dan dapat menjadi korban berikut dari pemerintah Cina.

Feng Chongyi, yang ditahan oleh otoritas Cina hampir dua tahun lalu, diberitahu oleh seorang kontak di Cina bahwa Yang telah ditangkap. Feng dan mereka yang dekat dengan Yang di Australia tidak terkejut mendengar dia menghilang. Pada awal Januari, Feng bahkan telah memperingatkan Yang agar tidak kembali ke Cina.(*)

 


Editor: Daniel Kaligis

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *