FEATURE
Jacinda Ardern: Agnostik Progresif, Idola Baru Warga Indonesia
Published
5 years agoon
By
philipsmarx25 Maret 2019
Oleh: Andre Barahamin
Sikap Ardern merespon tragedi teror di negaranya, menjadikannya idola baru publik dunia, termasuk di Indonesia.
SELANDIA BARU mengalami salah satu tragedi kemanusiaan paling buruk sepanjang sejarahnya. Pada Jumat, 15 Maret 2019, dua masjid yang terletak di Kota Christchurch, diserang oleh teroris bersenjata. Serangan brutal ini menewaskan lima puluh orang. Korban tewas paling banyak adalah jamaah yang sedang melaksanakan sholat Jumat di masjid Al Noor.
Aksi terorisme ini mengguncang Aotearoa -nama Selandia Baru dalam bahasa Maori, penduduk asli negeri ini.
Responnya adalah solidaritas luas yang datang dari beragam kelompok warga Selandia Baru. Mulai dari mengirimkan karangan bunga, melakukan tarian Haka, menjaga masjid-masjid di seantero negeri, hingga menggunakan jilbab oleh para perempuan non-muslim. Koran lokal Christchurch bahkan mendedikasikan halaman depannya untuk para korban. Aksi-aksi ini untuk menjawab bahwa Aotearoa tidak gentar dan terpecah karena teror.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengunjungi keluarga korban, menyampaikan belasungkawa dan menyatakan bahwa tak akan menyebut nama pelaku teror. Ardern menilai bahwa salah satu cara mengalahkan terorisme adalah dengan tidak memberikan sedikitpun pengakuan atas tindakan barbar yang mereka lakukan.
Saat berkunjung, Ardern mengenakan jilbab sebagai bentuk penghormatannya kepada keluarga korban yang sedang berduka.
Cara warga Selandia Baru merespon terorisme menjadi perhatian dunia. Terutama di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tak terkecuali di Indonesia, negeri dengan jumlah Muslim terbesar di dunia. Arden jadi salah satu figur yang jadi sorotan terkait teladan yang ditunjukkan Selandia Baru.
Siapa sebenarnya Ardern?
Masa Kecil dan Awal Karir Politik
Perempuan yang lahir pada 26 Juli 1980 ini adalah politisi dari Partai Buruh dan merupakan Perdana Menteri termuda dalam sejarah 150 tahun terbentuknya Selandia Baru. Belum genap berusia 40 tahun, menjadikan Ardern sebagai pemimpin perempuan paling muda di dunia.
Ia adalah bungsu dari dua bersaudara. Ayahnya, Ross Ardern, adalah seorang polisi yang menikah dengan perempuan bernama Laurell Bottomley. Ibu Jacinda bekerja sebagai pegawai kantin sekolah.
Jacinda tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya di Murupara, sebuah kota kecil yang terletak di bagian timur laut Wellington. Mereka sekeluarga lalu pindah ke Morrinsville, karena ayahnya mendapatkan mutasi setelah mendapatkan kenaikan pangkat. Di kota inilah, Jacinda kecil menamatkan studi pendidikan dasar dan menengahnya.
Perempuan ini lalu memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Waikato. Ia mengambil jurusan komunikasi politik. Semasa kuliah, Jacinda kemudian mulai terlibat aktif di dunia politik. Di usia 17 tahun, Jacinda bergabung dengan Partai Buruh Selandia Baru dan aktif di sektor pemuda partai, Young Labour (Te Rangatahi Reipa dalam bahasa Maori) atau Buruh Muda.
Buruh Muda adalah sektor paling aktif di Partai Buruh dan memainkan peran penting dalam pengembangan kebijakan dan kegiatan-kegiatan kampanye partai. Kelompok ini memfokuskan diri dalam berbagai isu publik mulai dari perubahan iklim, peningkatan standar perumahan dan aturan mengenai sewa-menyewa hingga reformasi hukum minuman keras. Semasa aktif di Buruh Muda, Ardern juga ikut terlibat sebagai bagian dari tim kampanye Harry Duynhoven. Saat itu Duynhoven sedang maju sebagai anggota legislatif di parlemen Distrik New Plymouth.
Lulus kuliah di tahun 2001, Ardern lalu bekerja sebagai bagian dari tim peneliti untuk Phil Goff, yang saat itu merupakan anggota parlemen nasional dari Partai Buruh. Dinilai berprestasi, ia lalu dipromosikan untuk bekerja sebagai staff Helen Clark, Perdana Menteri Selandia Baru saat itu. Ia bertahan hingga tahun 2005, sebelum akhirnya pindah ke London dan bekerja sebagai salah satu pegawai di kantor Perdana Menteri Inggris, Tony Blair.
Di tahun 2008, Ardern terpilih menjadi Presiden International Union of Socialist Youth (IUSY). IUSY adalah federasi pemuda sosialis internasional yang pertama kali berdiri di tahun 1907, dan kini memiliki 145 organisasi anggota yang tersebar di 106 negara.
Tak lama usai dilantik sebagai Presiden IUSY, Arden memutuskan kembali ke Selandia Baru dan dicalonkan oleh Partai Buruh sebagai anggota parlemen dari Waikato di tahun 2008.
“Saya bangga menjadi kandidat Buruh untuk Waikato, pemilih tempat saya dibesarkan. Sejak 1999, saya telah melihat perubahan Waikato dan Selandia Baru menjadi lebih baik di bawah Pemerintahan Buruh,” kata Ardern seperti dilansir dari situs resmi Partai Buruh.
Ardern menilai bahwa keputusan untuk maju berebut kursi di parlemen adalah upayanya untuk mengurangi kesenjangan sosial di Selandia Baru, memperkuat layanan publik dan memberi perhatian kepada problem-problem lingkungan. Isu-isu yang telah lama menjadi perhatian perempuan ini semasa aktif di Buruh Muda dan di IUSY.
“Saya ingin menjadi bagian dari tim Buruh yang akan bekerja keras untuk mengurangi kesenjangan di negara kita, semakin memperkuat layanan publik kita seperti kesehatan dan pendidikan, membangun negara yang benar-benar bersih, hijau dan berkelanjutan, dan mempertahankan kebijakan luar negeri yang berprinsip,” jelas Ardern.
Ardern dikenal luas sebagai sosok radikal. Ia adalah salah satu figur utama yang mendukung kebijakan penggunaan bahasa Maori di sekolah-sekolah Selandia Baru. Perempuan ini juga vokal melancarkan kritik terkait respon dan kebijakan pemerintah menyangkut isu perubahan iklim. Ketidakjelasan posisi pemerintah Selandia Baru terhadap isu ini dinilai Andern sebagai tindakan memalukan.
Dari Anggota Parlemen Menjadi Perdana Menteri
Menjelang pemilihan 2008, Ardern berada di peringkat ke-20 dalam daftar Partai Buruh yang diajukan sebagai calon anggota parlemen. Peringkat ini merupakan yang tertinggi untuk seseorang yang belum pernah menjadi anggota parlemen. Ardern juga dicalonkan dari Waikato yang merupakan basis Partai Buruh. Dua faktor ini dianggap sebagai garansi bahwa ia pasti terpilih.
Ardern memang gagal di Waikato, namun ia tetap berhasil lolos ke Parlemen menggantikan koleganya, Darren Hughes, karena peringkat daftar yang dimilikinya. Keberhasilan ini mencatatkan perempuan ini sebagai anggota parlemen termuda.
Rekor ini di kemudian hari dipecahkan oleh Gareth Hughes dari Partai Hijau Selandia Baru saat ia terpilih di tahun 2010.
Setelah terpilih sebagai anggota parlemen, oleh Phil Goff, Ardern ditunjuk sebagai juru bicara Partai Buruh untuk Urusan Pemuda.
Di tahun 2011, Ardern kembali maju ke parlemen pusat melalui daerah pemilihan Auckland Tengah, tapi gagal mengalahkan kandidat petahana dari Partai Nasional, Nikki Kaye. Tapi ia berhasil kembali ke parlemen setelah dipilih melalui daftar peringkat partai. Di pemilu 2011, Ardern berada di posisi 13.
Di pemilu 2011 juga mencatatkan kekalahan berikutnya bagi Partai Buruh. Akibatnya, Phil Goff mengundurkan diri dan digantikan oleh David Shearer. Di bawah kepemimpinan Shearer, Ardern ditunjuk sebagai juru bicara partai untuk isu pembangunan sosial.
Pada pemilu berikutnya di tahun 2014, Ardern kembali maju melalui daerah Auckland Tengah dan sekali lagi mengalami kekalahan dari Kaye. Satu-satunya catatan positif di perhelatan pemilu saat itu adalah meningkatnya dukungan terhadap Ardern meski belum cukup signifikan untuk menggeser dominasi kandidat dari Partai Nasional.
Berada di peringkat 5 daftar partai, Ardern berhasil kembali ke parlemen dan ditunjuk Partai Buruh untuk menjadi juru bicara terkait isu Keadilan, Anak-anak, Usaha Kecil, Seni dan Budaya. Kepemimpinan partai juga berganti dari Shearer ke pundak Andrew Little.
Ia lalu menjadi satu-satunya kandidat Partai Buruh dari daerah pemilihan Mount Albert pada pra-pemilu Februari 2017. Hal itu terjadi setelah mantan Ketua Partai Buruh, Shearer, memutuskan untuk mengundurkan diri dan pensiun. Ardern mencatatkan kemenangan telak sebesar 77%. Daerah Mount Albert dikenal sebagai salah satu basis tradisional Partai Buruh. Mantan Perdana Menteri, Helen Clark adalah salah satu figur berpengaruh di wilayah ini dan pernah sukses terpilih sebagai anggota parlemen dalam tiga pemilu berturut-turut.
Kemenangan tersebut membuat Ardern ditunjuk sebagai Wakil Ketua Partai Buruh pada 7 Maret 2017. Ia menggantikan Annette King yang berniat pensiun.
Pada 1 Agustus 2017, Andern sukses terpilih sebagai Ketua Partai Buruh, menggantikan Andrew Little yang mengundurkan diri. Little adalah korban dari membesarnya tekanan di internal partai usai hasil jajak pendapat yang memprediksi mereka mendapatkan suara sekitar 24% di pemilu mendatang. Pilihan tersebut terbukti tidak salah.
Ia baru berumur 37 tahun saat dilantik dan menjadi Ketua Partai Buruh paling muda dalam sejarah.
Sejak terpilih sebagai Ketua Partai Buruh, Arden menjadi salah satu figur populer. The Sidney Morning Herald menjuluki gelombang tersebut dengan nama ‘Jacinda-mania’. Ia berjanji untuk merumuskan solusi bagi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan anak dan memastikan akses perumahan yang terjangkau. Isu-isu populer yang didorong Ardern sukses mengubah nasib Partai Buruh di pemilu 2017.
Ardern dan partainya sukses meraup 36,9% suara pemilih. Mereka berada di peringkat dua, di bawah Partai Nasional yang gagal mengamankan kursi mayoritas di parlemen.
Ia kemudian berhasil melobi New Zealand First Party dan Partai Hijau Selandia Baru untuk membangun pemerintahan bersama. Koalisi inilah yang mengantarkan Ardern menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri di tahun 2017.
Murtad dan Menjadi Agnostik
Jacinda Ardern dibesarkan sebagai anggota dari Gereja Yesus Kristus Orang-orang Suci Zaman Akhir. Namun pada 2005 ia memutuskan keluar dari keanggotaan gereja karena bersilang pendapat terkait dukungannya terhadap hak-hak dan kebebasan kaum homoseksual. Pada Januari 2017, dalam sebuah wawancara dengan New Zealand Herald, Jacinda Ardern menyatakan dirinya sebagai agnostik.
Ia pernah menyatakan tidak ingin menjadi Ketua Partai Buruh karena ingin fokus menjadi seorang ibu. Pertanyaan ini kembali ditanyakan oleh media, beberapa saat setelah ia terpilih menggantikan Little. Kepada media, Ardern mengatakan bahwa hal tersebut adalah dilema yang harus dihadapi semua perempuan tidak terkecuali dirinya.
“Namun pertanyaan seperti itu benar-benar tidak dapat diterima. Ketika di tahun 2017, perempuan masih diharuskan menjawab pertanyaan sejenis itu di tempat kerja,” kata Ardern seperti dilansir dari The Sidney Morning Herald.
Pada 19 Februari 2018, ia menjadi Perdana Menteri Selandia Baru pertama yang ikut terlibat dalam reli protes terkait isu-isu homoseksual. Demonstrasi yang diikuti sekitar 25.000 orang tersebut dihelat di Auckland.
Kepada TVNZ, Ardern mengatakan bahwa parade LGBT adalah tentang keragaman dan inklusivitas. Ia juga mengaku bangga dengan kerja keras banyak orang selama bertahun-tahun untuk memperjuangkan persoalan tersebut dan menjadikannya bagian dari hukum di Selandia Baru.
“Tapi kita tidak bisa berpuas diri. Selama anak-anak di Selandia Baru, jika mereka LGBTQI, dan jika mereka memiliki masalah serius terkait kesehatan mental atau kecenderungan menyakiti diri sendiri, hal tersebut adalah pengingat bahwa kita masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Ardern seperti dilansir dari The Guardian.
Ardern tidak menikah namun hidup bersama pasangannya, Clarke Gayford. Mereka kemudian dianugerahi seorang bayi perempuan pada 21 Juni 2018. Hal itu membuat Ardern sebagai kepala pemerintahan kedua di dunia setelah Benazir Bhutto asal Pakistan yang melahirkan saat masih menjabat.(*)
Editor: Denni Pinontoan
Komitmen dan misi kami adalah menghadirkan media dengan mutu jurnalisme yang baik. Menurut pendapat kami, salah satu syarat penting untuk mencapai hal itu adalah indepedensi.
Sejak awal, kami telah menetapkan bahwa KELUNG adalah media independen. Sebagai media independen, KELUNG hadir untuk melayani pembaca dengan laporan, artikel atau tulisan yang disajikan secara naratif, mendalam, lengkap dengan konteks. Kami mengajak anda untuk memasuki setiap gejala dan isu untuk menemukan informasi, inspirasi, makna dan pengetahuan.
KELUNG independen oleh karena kami sendiri yang menentukan tema atau isu untuk disajikan. KELUNG bebas dari intervensi penguasa atau pemilik modal. KELUNG independen dari intervensi ideologi agama atau ideologi apapun. KELUNG independen, karena bebas berpihak kepada kelompok minoritas, kelompok marginal dan lemah secara akses suara ke publik. KELUNG juga akan terus berupaya mengembangkan diri, meningkatkan mutu isi dan penyajian.
Pembaca adalah kunci dari harapan kami ini. Dukungan pembaca berupa donasi, sangat berarti bagi kami dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu jurnalisme yang independen. Kami mengundang pembaca untuk bersama-sama mencapai komitmen dan misi kami ini.
Mari bantu KELUNG dengan cara berdonasi…. selengkapnya
You may like
-
Makna Kematian Al-Baghdadi: Masa Depan Terorisme di Asia Tenggara
-
Indonesia Terima Marae dari Masyarakat Maori
-
Revolusi Putih adalah Revolusi Perempuan
-
Black Mamba: Perempuan Memburu Para Pemburu
-
Temu Nasional WALHI: Perempuan untuk Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
-
Will Connolly Melawan Rasisme dengan ‘Telur’, Apa Pesannya?