Connect with us

BERITA

Kekerasan Militer: Lima Penduduk Desa Tewas Ditembak Tentara Myanmar

Published

on

24 Maret 2019


Oleh: Andre Barahamin


 

kelung.com – Menurut para saksi mata di lokasi kejadian, setidaknya lima orang tewas ketika tentara pemerintah Myanmar melepaskan tembakan ke penduduk desa Say Taung yang terletak di bagian utara Kota Buthidaung, Negara Bagian Rakhine, pada Kamis (21 Maret 2019) malam. Para prajurit dikatakan berasal dari Divisi Infantri Ringan No. 22 Angkatan Darat Myanmar (atau Tatmadaw), demikian dilansir dari The Irrawady.

Anggota parlemen Majelis Tinggi U Maung Kyaw Zan dari Arakanese National Party (ANP) atau Partai Nasional Arakan, yang pergi ke desa Say Tang pada Jumat (22 Maret 2019) pagi, mengkonfirmasi bahwa lima jenazah korban sudah ditemukan. Selain korban tewas terdapat juga delapan warga desa yang terluka akibat serangan tersebut dan sedang menerima perawatan medis. Desa Say Taung saat ini menampung lebih dari 2.000 orang yang melarikan diri dari desa-desa tetangga karena bentrokan bersenjata di daerah itu.

U Maung Kyaw Zaw berspekulasi bahwa para korban telah ditembak mati ketika bersembunyi di tempat perlindungan bom.

“Jika [mereka dibunuh oleh] peluru artileri yang mendarat di tempat shelter perlindungan, tubuh mereka akan hancur berkeping-keping,” kata anggota parlemen itu.

U Maung Tun Aung, seorang penduduk desa Say Taung yang berhasil melarikan diri, mengatakan kepada The Irrawaddy melalui telepon pada Jumat (22 Maret 2019) bahwa pasukan Angkatan Darat Myanmar mengepung desa sekitar pukul 3 sore, hari Kamis. Kondisi mulau tidak terkendali ketika sekitar jam 9 malam, sebuah unit Angkatan Darat memasuki desa sambil menembaki rumah-rumah dengan senjata dan artileri kecil.

Penembakan tersebut terus berlangsung hingga pagi hari. Para prajurit Tatmawad terus menembaki desa, yang membuat sebagian besar penduduk desa mencoba melarikan diri dari ketakutan. Sebagian lain kemudian memilih berlindung di shelter-shelter perlindungan di dalam dan sekitar desa.

“Tidak ada pertempuran di desa saya [sebelum insiden]. Sekitar 200 tentara sebelumnya menyeberang dan mengepung desa, tetapi tidak menyerangnya. Dan kemudian sekitar jam 9.00 malam mereka mulai menembaki desa,” kata Tun Aung.

Biksu Narya Ka, yang juga melakukan perjalanan ke desa Say Taung pada Jumat pagi, mengatakan bahwa masing-masing mayat yang ditemukan di tempat perlindungan bom memiliki setidaknya dua luka tembak di kepala dan atau di bagian torsos. Para korban diidentifikasi sebagai Maung Aye Tun (54 tahun), Ma Than Nyunt (53 tahun), putra mereka Myat Swe Thein (23 tahun), keponakan mereka bernama Maung Aung Than Htay (17 tahun), dan seorang perempuan buta bernama Daw Hla Nu Phyu (88 tahun).

“Seorang gadis yang beru berumur 10 tahun, Khinzar Tun, yang merupakan siswa kelas 5, adalah satu-satunya yang selamat selama pembunuhan [dalam insiden itu]. Dia bersama kami sekarang di atas kapal motor dan kami merawatnya saat ini,” kata Narya Ka.

Setelah pertempuran, penduduk desa menemukan selongsong peluru dan peluru artileri yang dihabiskan diyakini sebagai produk dari pabrik amunisi militer Myanmar. Hal itu dikuatkan dengan bukti tulisan Burma yang tercetak di selongsong artileri tersebut.

Daw Bu Lone Ma, salah satu saksi mata yang juga berhasil melarikan diri dari penembakan itu, mengingat dengan jelas bahwa para tentara memasuki desa dari empat arah. Pada jam 9.00 malam, banyak penduduk desa mengunjungi tetangga mereka dan banyak anak-anak menonton film di gerai TV lokal. Kemudian tembakan dimulai pukul 9.30 malam. dan tidak mereda sampai sekitar pukul 12.00 pagi.

“Ini sangat menakutkan. Kami belum pernah mengalami ini sebelumnya. Mereka berteriak-teriak agar para ‘pemberontak Rakhine’ segera keluar dan menyerahkan diri. Mereka menggunakan bahasa Bamar,” kata Daw Bu Lone Ma.

Menurutnya, empat ekor sapi mati ditembak dengan senapan kecil. Beberapa penduduk desa yang dihubungi oleh The Irrawaddy mengatakan tentara dengan sengaja menghujani tembakan ke arah desa dari empat arah. Sehingga siapa pun yang mencoba melarikan diri ke luar desa berada dalam ancaman untuk tertembak.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Panglima Tertinggi pada hari Sabtu sore (23 Maret 2019) mengatakan bahwa serangan yang dilakukan oeh pasukan pemerintah adalah upaya untuk membalas serangan Arakan Army (AA) atau Tentara Arakan yang dilancarkan dari desa. Kantor Paling Tertinggi Tatmawad menuduh AA menggunakan pemukiman sipil sebagai tempat berlindung.

Tuduhan tersebut dibantah oleh para penduduk desa.

“Tidak ada AA di desa kami. Itu benar-benar tuduhan yang tidak beralasan. Saya mengenali nomor 22 [dicetak pada senapan tentara, red] yang tampak di senapan serbu mereka,” kata Daw Bu Lone Ma. Di Myanmar, setiap tentara di Angkatan Darat membawa senapan serbu dengan nomor unit masing-masing dicetak di bagian pantat senjata.

“Kenyataannya, kami mengalami dan menjadi korban kekejaman tentara pemerintah [Tatmadaw, red],” kata warga desa lainnya bernama U Kyaw San.

Ko Naing Oo dari desa Zaydi Taung mengatakan bahwa banyak penduduk dari desa Say Taung mencari perlindungan di desanya. Desa Zaydi Taung menjadi salah satu lokasi utama yang dituju para pengungsi karena hanya berjarak satu mil dari desa Say Taung. Menurut Ko Naing Oo, para penduduk di Zaydi Taung telah mendengar kabar tentang penembakan yang dilakukan oleh Tatmadaw. Oleh karena itu, mereka telah bersiap dengan kemungkinan bakal didatangi para penduduk yang mengungsi atau sekedar singgah sebelum menuju lokasi lain yang dinilai lebih aman.(*)

 


Editor: Denni Pinontoan

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *