Published
6 years agoon
By
philipsmarx28 Januari 2019
Oleh: Andre Barahamin
kelung.com – Setidaknya 37 orang telah dipastikan tewas dan ratusan lainnya hilang setelah sebuah bendungan hancur pada Sabtu, 27 Januari 2019. Bendungan tersebut merupakan milik Vale, sebuah perusahaan tambang di Brazil. Hancurnya bendungan membuat air bah membanjiri bagian tenggara negara bagian Minas Gerais dengan puing tambang dan lumpur, menutupi kota Brumadinho, seperti dilansir dari CNN.
Gubernur Negara Bagian Minas Gerai, Romeu Zema langsung mengumumkan mengumumkan tiga hari berkabung untuk mengenang para korban tewas dalam bencana ini.
Namun harapan para keluarga korban yang masih hilang semakin hancur ketika upaya penyelamatan sementara dihentikan pada hari Minggu (28 Januari). Upaya penyelamatan dan pencarian dihentikan karena kekhawatiran bahwa bendungan lain yang dioperasikan oleh perusahaan yang sama juga berisiko pecah. Ketika pencarian dihentikan, pihak berwenang mulai mengevakuasi masyarakat di beberapa lingkungan kota Brumadinho, yang berada dalam jangkauan bendungan B6 milik Vale.
“Aku kehilangan harapan. Saya berdoa untuk mukjizat,” kata Marina Avila kepada Guardian.
Avila sedang berupaya mencari kabar mengenai sepupunya Angelica, karyawan Vale yang menjadi korban. Ia terakhir kali terlihat pada Jumat (26 Januari) pagi.
“Kami tidak tahu apakah akan ada lebih banyak pencarian hari ini (Senin, 28 Januari -red). Berapa lama kami harus datang ke sini? Sebulan, dua bulan, dua hari? Ada 37 jenazah di kamar mayat dan hanya delapan yang berhasil diidentifikasi. Kami berada dalam keadaan sedih. Di mana lagi sepupu saya aman jika tidak di tempat kerja? Itu menjijikkan,” kata Avila.
Marconi Machado datang bersama tiga kerabatnya untuk mencari berita tentang keponakannya yang hilang, Wanderson da Silva, seorang ahli geologi Vale yang akan menikah pada bulan Mei. Dia sedang berbicara dengan saudara laki-laki Machado ketika gelombang lumpur menghantam.
“Dia (Wanderson -red) berkata, ‘selamat tinggal, aku hanya akan makan siang,’ lalu dia berkata, ‘oh, sesuatu terjadi di sini,’ aku pergi.” kata Machado menirukan percakapan terakhir mereka dengan Wanderson.
Marconi mengetahui tentang tragedi itu ketika video dan berita mulai beredar di WhatsApp. Dia juga mengkritik kurangnya informasi yang tersedia bagi kerabat korban.
“Brasil terus menolak belajar dari kesalahan. Ia memiliki peluang untuk menulis sejarah tapi bersikeras untuk membuat kesalahan yang sama. Orang hanya mengandalkan kata-kata dan bukan tindakan,” katanya.
Pada tahun 2015, bendungan lain yang dimiliki oleh Vale runtuh di kota Mariana di negara bagian Minas Gerais. Mengakibatkan 19 orang tewas dan memaksa ratusan orang mengungsi dari rumah mereka.
Hari Minggu (27 Januari) kemarin, kantor Jaksa Penuntut negara bagian Minas Geras mengatakan bahwa 6 milyar Real Brazil (R$) aset Vale telah dibekukan. Total sudah ada 11 milyar R$ asel Vale yang dibekukan Jaksa Penuntut Umum.
Kepala eksekutif Vale, Fabio Schvartsman, meminta maaf pada hari Sabtu (26 Januari) namun tidak bersedia bertanggung jawab atas insiden tersebut.
“Saya meminta maaf kepada masyarakat, kepapada anda, permintaan maaf kepada seluruh dunia atas apa yang telah terjadi,” kata Schvartsmana.
“Saya tidak tahu siapa yang bertanggung jawab, tetapi saya pastikan bahwa kami akan melakukan bagian kami.”
Sementara itu presiden baru Brasil, Jair Bolsonaro, mengatakan di Twitter bahwa pemerintahnya akan melakukan segala daya untuk mencegah lebih banyak tragedi seperti Mariana dan Brumadinho.(*)
Editor: Denni Pinontoan