Connect with us

BERITA

Lima Pemimpin Masyarakat Adat Bolivia Dibunuh!

Published

on

4 November 2019


Oleh: Febriani Sumual


 

kelung.com – Kolombia baru-baru ini dikejutkan dengan pembantaian brutal terhadap lima orang pemimpin masyarakat adat di negara itu. Tindakan kejam itu terjadi pada Selasa (29/10) di wilayah barat daya Cauca. Di antara para korban, termasuk Cristina Bautista, pemimpin komunitas masyarakat adat di reservasi semi-otonom Nasa Tacueyó. Bersama Bautista, empat orang pejuang masyarakat adat juga ikut tewas. Enam orang lain juga terluka dalam serangan brutal tersebut.

Sekelompok pakar dari AS telah mengeluarkan kecaman terhadap pembantaian tersebut. Pemerintah Kolombia sendiri berkilah telah mengambil langkah-langkah mendesak melalui kerjasama dengan otoritas masyarakat adat untuk menyelidiki pembunuhan tersebut. Sejauh ini, polisi belum melakukan penangkapan atau penetapan tersangka terkait pembantaian ini. Pembunuhan Bautista dan empat orang pejuang adat lain menambah catatan buruk Kolombia sejak penandatanganan Kesepakatan Damai pada tahun 2016.

Menurut Institute for Development and Peace Studies, organisasi penelitian yang berbasis di Bogota, setidaknya sudah 700 figur dan aktivis gerakan sosial, yang sebagian besar adalah aktivis Afro-Kolombia dan masyarakat adat, yang telah dibunuh di Kolombia. Dari total tersebut, 150 korban di antaranya berasal dari Cauca.

Pembunuhan terhadap Bautista dan empat orang pejuang adat Cauca mendorong lahirnya mobilisasi lebih dari 1.000 orang untuk berkumpul di kota Tacueyo, Cauca, pada hari Sabtu (2/11) untuk menyatakan duka cita.

Perebutan kontrol antar kelompok bersenjata atas wilayah tersebut pasca-perjanjian damai di tahun 2016, membuat masyarakat adat yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan mereka atas tanah menjadi pelanduk yang terjepit di antara gajah yang bertengkar. Sepanjang tahun 2019 ini, PBB mencatat telah terjadi 52 aksi pembunuhan terhadap penduduk asli di Cauca.

Cristina Bautista, adalah pemimpin terkemuka gerakan masyarakat adat di Kolombia. Ia diakui secara internasional dan menjadi wakil perempuan adat di PBB. Saat disergap, Cristina sedang melakukan patroli bersama kelompok patroli Kiwe Thegnas, kelompok pertanahan komunitas adat yang tidak bersenjata. Tugas kelompok patroli ini adalah untuk menjaga wilayah adat. Saat itu, mereka menemukan dua kendaraan yang dicurigai digunakan untuk membawa orang-orang yang diculik oleh kelompok bersenjata.

Kelompok bersenjata paramiliter di Cauca sudah membuat lusinan ancaman pembunuhan kepada para pemimpin adat. Beberapa di antaranya ditujukan kepada figur-figur terkemuka dari gerakan masyarakat adat.

Nora Elena Taquinas, salah satu pemimpin Tacueyo yang selamat dari serangan itu, mengatakan kepada media setempat bahwa serangan tersebut terjadi saat mereka sedang berupaya orang-orang korban penculikan yang sedang diikat di kursi belakang salah satu mobil. Kelompok tersebut tanpa diduga dihujani tembakan dari atas bukit yang berada di sekitar lokasi. Serangan tersebut berakhir dengan tewasnya Bautista dan empat orang penjaga wilayah adat lain. Mobil yang digunakan oleh Bautista kemudian dibakar hingga hangus.

Sejauh ini, belum ada satupun kelompok paramiliter yang mengaku bertanggungjawab atas serangan mematikan tersebut. Namun otoritas Kolombia mencurigai faksi pecahan dari Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) yang menyebut dirinya Dagoberto Ramos sebagai kelompok yang bertanggungjawab.

Presiden Kolombia, Ivan Duque segera merespon dengan rencana kunjungan ke Cauca. Namun kunjungan ini mendapatkan penentangan dari masyarakat adat karena akan disertai dengan mobilisasi .2400 tentara ke wilayah barat daya negeri tersebut. Dilansir dari Al Jazeera, Organización Nacional Indígena de Colombia (ONIC) atau Organisasi Nasional Masyarakat Adat Kolombia menganggap bahwa mobilisasi personil keamanan menunjukkan bahwa pemerintah Kolombia gagal melihat bahwa senjata adalah satu sumber dari lingkar kekerasan di negeri tersebut.

ONIC merujuk pada laporan mereka yang menemukan bahwa satu orang masyarakat adat tewas setiap 72 jam. (*)

 


Editor: Andre Barahamin


 

Continue Reading
3 Comments

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *