Published
6 years agoon
By
philipsmarx30 Desember 2018
Oleh: Ambrosius Loho
Pegiat Filsafat
SEPERTI BIASA, memasuki Desember setiap tahun, orang-orang Kristen pada umumnya mulai pikirkan dan siapkan perayaan Natal. Kesan saya, Natal dianggap sebagai perayaan besar. Walau, hal itu bukanlah puncak dalam hari-hari besar keagamaan – misalnya dalam tradisi Katolik.
Betapa tidak, persiapan untuk perayaan Natal, seolah menjadi sebuah kewajiban bagi semua orang, terutama dalam mempersiapkan penampilan fisik. Juga segala hal yang berkaitan dengannya, seperti kue natal, makanan, kemudian pernak-pernik hiasan natal dan lain sebagainya.
Terlepas dari persiapan menyangkut fisik dan materi, kita perlu menyadari bahwa perjalanan hidup selama setahun, tidaklah mutlak berpuncak pada perayaan natal(?). Karena, yang substansial sesungguhnya adalah apa yang tampak dari sekedar hal fisik dan materi itu.
Jika demikian apa substansi penting dari Natal? Menjawab ini, benarlah yang dikatakan oleh DR. Ivan Kaunang, Budayawan dan Akademisi FIB Unsrat & DR. Denni Pinontoan, Akademisi UKIT, dalam Talkshow Cahaya Budaya Radio Montini 106 FM Manado, bahwa Natal bukanlah sebuah perayaan untuk berbelanja sebanyak mungkin. Puncak dari perayaan ini, jusru terjadi pada pertemuan keluarga kecil, keluarga besar bahkan saudara bersaudara di hari Natal itu. Pertemuan itu dipandang penting dan sering terjadi pada saat Natal di kampung halaman masing-masing. Maka darinya, nilai dan makna kekeluargaan menjadi hal yang paling pokok.
Dengan kata lain, Natal memiliki dua makna penting: Pertama, semakin eratnya kesatuan ikatan, terutama ikatan kekeluargaan. Hal itu juga merupakan contoh hidup yang harus dieja sebagai inspirasi untuk bekerja keras dengan etos yang kuat. Gatut Priyowidodo, Ph.D (2014) mengatakan, Natal merupakan pertautan sejarah masa lalu dan sekarang dijembatani dengan temali panjang bahwa keberhasilan (baca: puncak dari perjuangan yang nampak dalam peristiwa berkumpulnya semua anggota keluarga) adalah hasil dari perjuangan yang tak pernah kendor.
Kedua, tumbuhnya solidaritas terutama terhadap orang yang berkekurangan. Solidaritas ditunjukkan tidak hanya dengan melakukan pelayanan sosial karitatif, termasuk berpihak pada yang miskin. Dengan ini diyakini lebih memaknai Natal, dan lebih menangkap arti terdalam dari natal itu.
Maka dari perspektif teologis, dapat pula dikemukakan bahwa, Natal menjelaskan kedalaman misteri cinta kasih. Elizabeth C Hirschman & Priscillsa A LaBarbera, dalam ‘The Meaning of Christmas’ (1989) merefleksikan makna Natal dalam teropong teologis sebagai langkah berani Sang Ada untuk datang dan menyapa kehidupan manusia secara langsung. Solidaritas menjadi sebuah kesempatan bagi manusia untuk menikmati cahaya dan menjadi ‘terang’ bagi orang lain (Regus 2010).
Makna teologis ini semestinya akan menerbitkan rasa tanggung jawab bersama dalam membangun diri ke arah yang lebih baik. Solidaritas akan menjadi jembatan penghubung kehidupan insan kehidupan, rakyat dan negara, kaya dan miskin, yang tertinggal dan maju. Yang kekurangan akan dibantu, yang berkelebihan akan menyelipkan pertolongan sosial bagi para penderita.
Nilai-nilai ini harus mengalami proses ‘pembiasaan’ dalam bingkai keindonesiaan hingga menjadi energi yang mengalir secara spontan dan abadi dalam kehidupan kita bersama.
Di sisi lain, perlulah kita memahami bahwa solidaritas, menjadi inti dari hubungan kekeluargaan. Semangat kekeluargaan adalah semangat dalam nilai hubungan sosial antar sesama anggota keluarga, semangat persaudaraan, solidaritas antara sesama kerabat, semangat kolektivisme, dan semangat komunalisme. Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang didukung oleh masyarakat lain, di mana masing-masing saling mengakui kelemahan dan kelebihannya, akan semakin menyatukan semua orang.
Akhirnya, hemat saya, Natal seharusnya dan sesungguhnya menjadi pijakan untuk menapaki kehidupan di tahun 2019 nanti. Dan yang paling penting marilah kita menjadikan Natal sebagai sumber kedamaian yang melampaui kesalehan privat-ritualistis, dan seterusnya menjadi bara api spiritualitas yang mampu membakar semangat memasuki 2019.(*)