Connect with us

GURATAN

Mengenang Arnold Ap

Published

on

26 April 2019


Oleh: Andre Barahamin


 

Hari ini, 26 April, 35 tahun lampau, Arnold Ap dieksekusi. Ditembak tentara di kepala karena dianggap berbahaya. Jadi ancaman karena lagu dan kerja kebudayaannya untuk Papua.

Menjelang kematiannya, Arnold Ap menulis satu lagu berjudul “Misteri Kehidupan”. Direkam secara akustik dalam sebuah kaset tape yang kemudian diseludupkan ke luar penjara menuju kamp pengungsian di Papua New Guinea.

Penerimanya adalah Corry Bukorpioper, perempuan yang dinikahi Arnold Ap di tahun 1974. Lagu tersebut menjadi tanda mata perpisahan Arnold Ap dengan dunia.

Ia dibunuh sesudahnya. Mati di ujung bedil tentara karena menjadi berani menjadi Papua, menjadi Papua yang berani.

Arnold Clemens Ap lahir di Biak Numfor pada 1 Juli 1945. Menghabiskan masa kecil dengan belajar di sekolah yang didirikan para misionaris Kristen. Di tahun 1967, ia lalu melanjutkan studi dengan mendaftar sebagai pelajar di jurusan geografi di Jurusan Ilmu Keguruan, Universitas Cendrawasih. Ini adalah periode di mana Arnold Ap mulai terdidik secara politik.

Puncaknya adalah keterlibatan dirinya di tahun 1969. Bersama dengan para aktivis pelajar lain, Arnold Ap ikut terlibat menggalang demonstrasi di areal kampus Universitas Cendrawasih di Abepura untuk menentang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Akibatnya, Tuan Ap lalu ditangkap dan dipenjarakan di Ifar Gunung.

Tapi pemenjaraan ini tidak membuat seorang Arnold Ap berhenti. Sebaliknya, terali besi sel justru menebalkan semangatnya.

Usai lulus kuliah, Arnold Ap diterima bekerja sebagai kurator di museum milik Universitas Cendrawasih. Jabatan yang kemudian harus ditanggalkan setelah Ap ditangkap tentara dengan tuduhan subversif.

Posisi sebagai kurator museum dimanfaatkan Arnold untuk menyebarkan gagasan kebudayaannya. Ia mengajak dan memprovokasi anak-anak muda Papua untuk terlibat aktif dalam revitalisasi budaya Papua.

Arnold mengajarkan bagaimana mengisi waktu luang dengan pulang ke kampung, melakukan penelitian sederhana mengenai beragam suku di Papua, mempelajari produk-produ kebudayaannya, untuk kemudian disajikan kembali ke publik Papua secara luas.

Arnold percaya bahwa orang Papua harus mengenal diri dan juga saudara sebangsanya. Itu sebabnya ia mendedikasikan diri secara penuh untuk kerja-kerja kebudayaan. Arnold mengubah museum universitas sebagai tempat pengumpulan dan katalogisasi produk-produk kebudayaan Papua yang dikumpulkan pelajar.

Tuan Ap juga berkunjung ke berbagai tempat dan mewawancarai banyak orang di Papua. Ia mencatat dengan tekun, menuliskan kembali fabel dan mitos orang Papua serta mengaransemen dan menyanyikan kembali lagu-lagu tribal. Ia menggunakan kekayaan dan keragaman budaya serta kelimpahan warisan tutur dari para leluhur sebagai alat untuk mengorganisir, payung untuk menyatukan dan cermin untuk melakukan refleksi.

Pada Agustus 1978, Arnold Ap bersama sahabat perjuangannya Sam Kapissa mendirikan grup Mambesak. Keduanya adalah aktor di balik visi musik grup tersebut. Mereka dibantu Thonny W. Krenek yang bekerja mendokumentasi berbagai macam gerak tari orang Papua, yang menjadi tandem pentas ketika Mambesak mengisi panggung musik.

Grup ini lalu mengisi berbagai pementasan dan segera menjadi idola. Orang-orang Papua terpesona dengan anak-anak muda yang tampil membawakan lagu tradisional, diiringi tarian asli Papua dan sesekali melontarkan lelucon lokal (mop). Mambesak segera menjadi ikon.

Mambesak–yang berarti Cendrawasih dalam bahasa Biak–di kemudian hari secara cepat bertransformasi menjadi simbol persatuan Papua.

Di saat yang bersamaan, Tuan Ap juga mengelola acara radio bernama Pelangi Budaya di Radio RRI Nusantara V. Lewat radio ini, Arnold Ap menyebarluaskan gagasan politiknya soal Papua yang berkulit hitam, berambut keriting dan pemakan sagu.

Kepada anak-anak muda di wilayah Papua, Ap mengirimkan pesan dan sekaligus menjadi teladan bagaimana menjadi Papua dengan bangga dan tanpa rasa lalu. Lewat propaganda di radio, lewat alunan musik dan riangya kaki-kaki tanpa alas yang menari bermandi debut, Tuan Ap di masanya, menjadi simbol gelombang kebangkita orang Papua.

Orang Papua yang tidak takut dengan todongan senjata junta militer penjajah, seperti yang mereka lakukan sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di tahun 1969. Orang Papua yang dengan bangga dan lantang dapat mengatakan: “Sa Papua!”

Junta militer pimpinan Jendral Soeharto bahkan mengancam Sinar Harapan ketika memberitakan bagaimana Arnold Ap diisolasi dari keluarganya. Dilarang bertukar kabar atau dikunjungi sanak famili.

Itulah mengapa Arnold dibunuh pada 26 April 1984 oleh Kopassandha -sebutan untuk Kopassus di masa itu. Seorang Brimob yang mengetahui peristiwa pembunuhan Arnold, mengonfirmasi bahwa pejabat kemiliteran memang menganggap Ap sebagai orang yang sangat berbahaya.

Penyebabnya adalah aktivitas-aktivitas para pemain kelompok Mambesak yang mempromosikan jati diri orang Papua. Mereka menginginkan Arnold Ap dihukum mati atau dipenjara seumur hidup. Namun mereka tidak punya bukti untuk dibawa ke pengadilan.

Arnold Ap dieksekusi semata-mata karena memiliki cita-cita dan secara berani berjuang mewujudkannya.

Arnold Ap adalah martir Papua yang sekaligus menjadi penanda bagaimana takutnya junta militer kehabisan akal dengan meluasnya kesadaran orang Papua menjadi diri sendiri. Mambesak menyuntikkan kepercayaan diri dan mengangkat kesenian rakyat Papua, membuat tentara gusar dan tidak tenang.

Misi Soeharto untuk memaksa orang Papua menjadi orang Indonesia terancam gagal karena timbulnya kesadaran orang Papua untuk berpihak pada akar budayanya sendiri.

Menyanyikan lagu-lagu dan tari-tarian rakyat yang hidup pada keseharian rakyat Papua seperti yang dilakukan Arnold Ap adalah ancaman disintegrasi. Hukumannya adalah kematian.

Ketika Mochtar Kusumaatmadja–Menteri Luar Negeri saat itu–memberikan keterangan di salah satu konferensi pers di bulan Juni 1984, Indonesia tanpa sadar telah mendeklarasikan diri kalah. Menjadi kerdil di hadapan Arnold Ap yang dibunuh dengan keji, tapi coba diingkari.

Kusumaatmadja saat itu tidak sedang berbohong untuk dirinya sendiri. Ia sedang berbohong atas nama sebuah negeri yang ketika merdeka, menyatakan tidak akan toleran dengan penjajahan di muka bumi.

Menuduh Arnold Ap sebagai “separatis” adalah noda hitam yang dicatat sejarah atas nama Indonesia dan bukan hanya Kusumaatmadja seorang.

Karena ketika jenazah Arnold Ap dihantar menuju pemakaman, tentara tak sanggup menghalangi puluhan ribu orang Papua yang menumpahkan tangis di Abepura.

Mengenang Arnold Ap setiap 26 April, adalah momen untuk menggugat kekerasan militer di Papua sekaligus merajut kembali harapan kehidupan. Tuan Ap telah memberikan contoh bahwa dengan bernyanyi kita memberikan semangat pada hidup. Tanpa nyanyian, kehidupan menjadi kering kerontang.

Mengingat tersungkurnya Arnold Ap tiap 26 April adalah upaya mengingatkan diri bahwa Mambesak telah memberi bekal orang-orang Papua keberanian. Bukan hanya berani untuk berhadapan dengan kematian, namun juga berani hidup demi merawat harapan.

Harapan untuk dapat bangkit dan memimpin dirinya sendiri, di tanahnya sendiri. Hormat.

Wa… Wa… Wa…(*)

 


Editor: Denni Pinontoan

Komitmen dan misi kami adalah menghadirkan media dengan mutu jurnalisme yang baik. Menurut pendapat kami, salah satu syarat penting untuk mencapai hal itu adalah indepedensi.
Sejak awal, kami telah menetapkan bahwa KELUNG adalah media independen. Sebagai media independen, KELUNG hadir untuk melayani pembaca dengan laporan, artikel atau tulisan yang disajikan secara naratif, mendalam, lengkap dengan konteks. Kami mengajak anda untuk memasuki setiap gejala dan isu untuk menemukan informasi, inspirasi, makna dan pengetahuan.
KELUNG independen oleh karena kami sendiri yang menentukan tema atau isu untuk disajikan. KELUNG bebas dari intervensi penguasa atau pemilik modal. KELUNG independen dari intervensi ideologi agama atau ideologi apapun. KELUNG independen, karena bebas berpihak kepada kelompok minoritas, kelompok marginal dan lemah secara akses suara ke publik. KELUNG juga akan terus berupaya mengembangkan diri, meningkatkan mutu isi dan penyajian.
Pembaca adalah kunci dari harapan kami ini. Dukungan pembaca berupa donasi, sangat berarti bagi kami dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu jurnalisme yang independen. Kami mengundang pembaca untuk bersama-sama mencapai komitmen dan misi kami ini.
Mari bantu KELUNG dengan cara berdonasi…. selengkapnya

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *