Connect with us

BERITA

Morales Resmi Mundur, Bolivia Krisis Nasional

Published

on

11 November 2019


Oleh: Reuters


 

kelung.com – Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan pada Minggu (10 November) kemarin, bahwa ia akan mengundurkan diri. Keputusan pengunduran tersebut diambil setelah militer meminta Morales untuk mundur. Para sekutu Morales juga telah menarik dukungannya setelah protes atas pemilihan yang berlangsung berminggu-minggu. Rangkaian protes yang mempersoalkan pemilihan tersebut telah mengguncang Bolivia.

Morales, yang berkuasa selama hampir 14 tahun, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional bahwa ia akan mengirimkan surat pengunduran dirinya untuk membantu memulihkan stabilitas. Meskipun secara tersirat, Morales menyempatkan diri untuk menyerang mereka yang ia sebut berada di belakang ‘kudeta sipil.’

“Saya dengan ini mengundurkan diri, dan akan segera mengirim surat resmi pengunduran diri ke Majelis Legislatif,” kata Morales. Sikap itu dinilai oleh Morales merupakan “kewajibannya sebagai presiden dari masyarakat adat dan presiden semua warga Bolivia yang sedang mencari perdamaian.” Dia kemudian men-tweet, “Saya ingin orang-orang Bolivia tahu bahwa saya tidak punya alasan untuk melarikan diri, mereka harus membuktikan jika saya mencuri sesuatu.”

Wakil Presiden Álvaro García Linera juga ikut mengundurkan diri.

Pengunduran diri Morales, ikon kiri dan figur terakhir dari “gelombang merah muda” Amerika Latin dua dekade lalu, kemungkinan akan mengirimkan gelombang kejut di Amerika Latin pada saat para pemimpin berhaluan kiri kini baru saja kembali berkuasa di Meksiko dan Argentina. Beberapa sekutu kiri Morales di Amerika Latin mengecam pengunduran diri tersebut sebagai “kudeta,” termasuk Presiden Venezuela, Nicolas Maduro dan Presiden Argentina terpilih, Alberto Fernandez.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan negaranya akan menawarkan suaka kepada Morales jika dia membutuhkannya.

Bolivia di bawah Morales memiliki salah satu tingkat pertumbuhan ekonomi terkuat di kawasan Amerika Latin dan menurunnya separuh angka kemiskinan. Namun ambisi Morales untuk terus berkuasa dan mencari celah untuk melegalkan masa jabatan keempat, telah membuat banyak sekutunya kemudian kecewa dan berpaling, terutama di kalangan masyarakat adat.

Tekanan makin menguat setelah Morales dinyatakan sebagai pemenang pemilihan 20 Oktober lalu.

Kepala angkatan bersenjata Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, pada hari Minggu kemarin (10 November) mengatakan bahwa militer telah meminta Morales untuk mundur demi membantu memulihkan perdamaian dan stabilitas setelah protes atas hasil pemilihan yang berlangsung selama berminggu-minggu. Kaliman juga menambahkan bahwa militer meminta rakyat Bolivia untuk menahan diri dari kekerasan dan kekacauan.

Sebelum membuat pernyataan mundur secara resmi, Morales telah sepakat untuk mengadakan pemilihan baru.

Sebuah laporan dari Organization of American States (OAS), yang melakukan audit suara 20 Oktober, mengungkapkan bahwa terjadi manipulasi serius dalam pemilihan. Laporan tersebut mengatakan bahwa pemungutan suara harus dibatalkan setelah menemukan “manipulasi yang jelas” dari sistem pemungutan suara yang memberikan Morales kemenangan dengan keunggulan lebih dari 10 poin atas rival utamanya Carlos Mesa.

 

‘HARI INI KAMI MEMENANGKAN PERTEMPURAN’

Pengunduran diri Morales dan Álvaro García Linera di saat bersamaan membuat terjadi kekosongan kekuasaan dan belum ada kepastian soal siapa yang akan memimpin Bolivia untuk sementara sambil menunggu hasil pemilihan baru. Menurut hukum Bolivia, dengan tidak adanya Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Senat akan mengambil alih sementara. Namun, Kepala Senat, Adriana Salvatierra juga ikut menyatakan mundur pada Minggu malam.

Kepada Reuters, seorang pengacara pakar konstitusi Bolivia mengatakan bahwa para anggota legislatif Bolivia diharapkan bertemu untuk menyepakati pembentukan komisi sementara atau badan legislasi yang akan memiliki kontrol administratif sementara.

Morales, saat berbicara pada konferensi pers sebelumnya, telah mencoba menenangkan kritik yang mengatakan dia akan mengganti Komisi Pemilihan Umum untuk bertanggungjawab terhadap pemungutan suara baru, meskipun lawan-lawannya – yang sudah marah karena dia telah melanggar batasan masa jabatan – tidak kunjung reda.

Kebuntuan pemilu telah mencoreng citra Morales, yang telah memimpin Bolivia melalui periode yang relatif stabil dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Kini, mundurnya Morales membuka kekhawatiran soal akan kembali terjadinya krisis ekonomi menghantam negara tanpa pantai ini.

“Warisan Morales akan sia-sia dan wilayah itu akan menderita dampak lain dengan konsekuensi luar biasa yang tidak akan hanya berefek di Bolivia,” kata Juan Cruz Diaz, Direktur Pelaksana grup konsultan keuangan dengan merujuk pada Cefeidas Group, merujuk pada Argentina, Chili, Peru, Paraguay dan Brasil.

Luis Fernando Camacho, seorang pemimpin sipil yang berasal dari kota Santa Cruz timur yang telah menjadi simbol oposisi. Lusi Fernado mengatakan bahwa laporan OAS pada hari Minggu jelas menunjukkan kterjadinya kecurangan pemilu. Dia telah mengulangi seruannya agar Morales segera mengundurkan diri.

“Hari ini kami telah memenangkan pertempuran,” demikian pidato Camacho di hadapan para pendukungnya yang bersorak di ibukota sebelum pengunduran diri Morales. Meski demikian, Camacho menambahkan bahwa dibutuhkan lebih banyak waktu untuk memperbaiki tatanan konstitusi dan demokrasi. “Hanya ketika kita bisa yakin bahwa demokrasi itu solid, maka kita akan pulang.”

Sekretaris Negara A.S. Mike Pompeo juga menyambut seruan untuk pemungutan suara baru untuk “memastikan pemilihan yang bebas dan adil” yang terpilih.

BUBARNYA PENDUKUNG MORALES

Ketika laporan audit mengenai pemilihan Bolivia dipublikasikan, dukungan terhadap Morales benar-benar ikut tamat. Beberapa sekutu terdekatnya mengundurkan diri, termasuk Menteri Pertambangan, Cesar Navarro, dan Deputi Wakil Presiden, Victor Borda, yang juga adalah menjadi anggota partai Morales. Mereka sama-sama menyebutkan bahwa kekhawatiran akan keselamatan keluarga mereka sebagai alasan utama untuk mundur.

Juan Carlos Huarachi, pemimpin Pusat Pekerja Bolivia, serikat buruh pro-pemerintah terbesar di negara tersebut, mengatakan bahwa Morales harus mundur jika itu akan membantu mengakhiri gelombang kekerasan yang sedang merebak belakangan ini.

Dalam beberapa hari terakhir para polisi juga tampak bergabung dengan protes anti-pemerintah, sementara militer mengatakan tidak akan “berhadapan dengan rakyat” karena masalah politik ini. Kantor Jaksa Agung juga mengumumkan telah memerintahkan penyelidikan yang bertujuan untuk meminta pertanggungjawaban para anggota komisi pemilihan dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kecurangan pemilu.

Mesa juga mengatakan Morales dan wakilnya, seharusnya tidak memimpin proses pemilihan atau menjadi kandidat.

Morales, yang berkuasa pada tahun 2006 dan merupakan pemimpin pribumi pertama Bolivia, kembali memenangkan pemilihan yang diselenggarakan baru-baru ini dengan melakukan manipulasi. Ia mengatakan akan mematuhi temuan-temuan yang merupakan hasil audit OAS.

“Manipulasi terhadap sistem komputer merupakan salah satu faktor utama sehingga harus diselidiki secara mendalam untuk menemukan penyebab dan mencari pihak yang bertanggungjawab dalam kasus serius ini,” kata laporan awal OAS. Pemungutan suara dalam pemilihan baru juga harus dilakukan segera setelah kondisi memungkinkan untuk menjamin bahwa proses ini dapat melangkah maju, termasuk membentuk komisi pemilihan yang baru, kata OAS.

Laporan OAS menemukan bahwa kemenangan Morales dengan margin sebesar sepuluh persen adalah mustahil secara statistik. (*)

 


Penerjemah: Greenhill Weol
Editor: Andre Barahamin
Foto: Reuters


 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *