Published
6 years agoon
By
philipsmarx31 Desember 2018
Oleh: Denni Pinontoan
Orang-orang Minahasa punya tradisi berpesta merayakan kehidupan.
ADA PESTA sepanjang tahun di Minahasa. Dari pesta keagamaan hingga pesta kenegaraan. Pesta di negeri ini berarti keramaian dan makan-makan. Tradisi ini sudah lama berlangsung.
Di zaman kolonial, pesta sudah dimulai awal bulan Desember untuk merayakan Natal. Bulan Januari untuk Tahun Baru. Di tengahnya adalah perayaan memperingati perjanjian Minahasa dan Belanda, ‘Verbond 10 Januari’.
“Di negeri Kristen ini, Natal dirayakan lebih luas daripada di tempat lain di Hindia, mungkin pengecualiannya Ambon. Bahkan, seluruh minggu dirayakan untuk Natal,” demikian Algemeen Handelsblad, harian liberal Belanda yang terbit di Amsterdam melaporkan 9 Februari 1938.
Selama bulan Desember, gereja-gereja di Minahasa dipenuhi jemaat, mulai anak-anak sekolah minggu, pemuda dan orang-orang tua. Ini bulan yang dipenuhi dengan perayaan-perayaan Natal.
Ziarah makam dilakukan di beberapa tempat. Di Tondano orang-orang mengunjungi dan menyalakan lilin di makam keluarganya pada malam Natal. Di Manado pemandangan ini dapat dilihat di beberapa tempat pekuburan. Umumnya dilakukan di pemakaman orang-orang Tionghoa dan Minahasa.
Pesta kemudian berlanjut ke perayaan Tahun Baru. “Perayaan Tahun Baru di sini tidak berlangsung satu hari, tetapi satu minggu penuh,” demikian Algemeen Handelsblad.
Selama sepekan di bulan Januari, keluarga, kerabat atau kenalan saling berkunjung untuk menyampaikan ucapan selamat tahun baru. Pasti, sesuatu yang tak boleh ketinggalan adalah resepsi, makan-makan.
Di bulan Januari ini ada satu perayaan yang mengingatkan orang-orang Minahasa tentang leluhurnya yang mengikat perjanjian dengan Belanda. Hari itu disebut “Verbondsdag” atau “Hari Perjanjian”.
Pada tanggal 10 Januari 1679, tiga pemimpin Minahasa, yaitu Pacat Supit Sahiri Macex, Lontoh Tuunan Mandagi dan Paat Kolano membuat perjanjian dengan pihak VOC melalui Gubernurnya, Robertus Padtbrugge
Algemeen Handelsblad menulis, dengan adanya perjanjian tersebut, “Minahassa sampai saat ini kurang lebih otonom di bawah pengawasan Eropa.”
Setiap tahun ‘verbondsdag’ dilaksanakan. Di Manado, Pemerintah Hindia Belanda melaksanakan upacara. Lalu ziarah ke makam salah satu tokoh penandatangan ‘verbond’, Supit di Woloan.
Pesta di bulan Januari selesai pada minggu terakhir. Nama perayaannya ‘Kunci Tahun Baru”. Pesta ini sungguh ramai.
“Orang-orang bepergian dalam parade kecil, baik dengan musik maupun tidak,” tulis Algemeen Handelsblad.
Pada perayaan ini tampak orang-orang melakukan parade dengan menggunakan kostum yang unik. Para perempuan menggunakan kostum pengantin pria, dan sebaliknya demikian. Sepertinya, inilah pertunjukkan yang hingga kini masih dilakukan di beberapa tempat di Minahasa pada perayaan ‘kunci tahun’ yang disebut figura atau kaceba.
Pada tanggal 31 Januari tahun 1938 inilah lahir putri pertama Ratu Juliana dan suaminya Pangeran Bernhard. Namanya Beatrix Wilhelmina Armgard atau dikenal sebagai Putri Beatrix. Kelak ia menjadi Ratu Belanda, dari tahun 1980 sampai 2003.
“Bukan tidak mungkin bahwa kelahiran Putri Beatrix akan memperpanjang masa perayaan yang seolah tak pernah habis,” tulis surat kabar itu. (*)
Editor: Andre Barahamin