Published
6 years agoon
By
philipsmarx22 Januari 2019
Oleh: Juan Y. Ratu
kelung.com – Pelayanan kesehatan di daerah perbatasan masih berhadapan dengan masalah transportasi jalur laut. Ketersediaan alat transportasi berupa speedboat atau kapal yang terbatas berakibat pada kurangnya ketersediaan obat-obatan dan perawatan terhadap pasien yang harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Vitrise Maatilu, tenaga medis di Puskesmas Karatung, Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara ketika dihubungi kelung.com Jumat (18/01) pekan lalu mengatakan, jadwal masuk ke luar kapal yang hanya dua minggu sekali berakibat pada pengiriman obat-obatan ke Puskemas Karatung dan wilayah lainnya di Talaud.
“Pelayanan kesehatan di Puskesmas tersedia. Tapi yang menjadi kendala adalah ketersediaan obat karena kapal yang jarang sampai di Karatung. Kapal yang memasok obat datang dua minggu satu kali. Apalagi jika banyak pasien yang datang berobat,” ungkap Vitrise.
Masalah lain muncul jika harus ada pasien yang harus dirujuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang lebih maksimal. Keluarga pasien harus mengeluarkan biaya lebih untuk menyewa alat transportasi.
“Jika ada pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit terdekat di pulau besar seberang, yaitu di pulau Melonguane, maka keluarga pasien harus menyewa perahu kira-kira membutuhkan sepuluh galon bensin,” ujarnya.
Dulu Puskesmas Karatung, lanjut perawat lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado ini, punya speedboat yang dipakai jika ada pasien yang harus dirujuk. Tapi sekarang kondisi speedboat sudah rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi.
“Resiko kecelakaan di laut lebih besar bila dipaksakan,” katanya.
Tapi kata Vitrise, jika terpaksa alat transportasi yang mereka gunakan adalah perahu. Tapi itupun harus mempertimbangkan cuaca dan badai.
“Jika terpaksa, ya pakai perahu. Tapi itu menyesuaikan dengan cuaca. Kalau ada badai, sudah pasti tidak bisa merujuk pasien. Ya harus tunggu cuaca redah baru bisa rujuk, tidak boleh mengambil resiko,” cerita Vitrise.
Menurut Vitrise, penyakit yang sering ditemui oleh tenaga kesehatan di perbatasan ujung utara Indonesia adalah penyakit yang tidak menular.
Berharap Perhatian Pemerintah
Vitrise berharap pihak pemerintah memperhatikan pelayanan kesehatan di daerah mereka.
“Harapannya supaya fasilitas memadai, obat memadai, dan semoga disediakan transportasi laut, supaya kalau mau merujuk sudah ada transportasi dari puskesmas, biar pasien kalau yang yang dirujuk cuma tinggal biaya minyak, sudah tidak susah-susah sewa perahu, atau ada subsidi minyak dari kabupaten supaya pihak tidak terlalu banyak yang dikeluarkan pihak pasien,” harapnya.
Dia juga berharap pemerintah memperhatikan kesejahteraan mereka.
“Kalau kesejahteraan terasa kurang, karena saat merujuk pasien, kami tidak membebani pihak keluarga pasien, jadi saat menemani untuk merujuk pasien, perawat pastinya harus menggunakan uang sendiri, karena tidak mau membebani keluarga pasien, ini karena kasihan kepada pasien yang memerlukan penanganan segera tapi terkendala biaya dari keluarga, yah kami sering inisiatif untuk sesegera menolong,” lanjut Vitrise.
Vitrise adalah salah satu dari 11 tenaga medis di Puskesmas Karatung. Empat orang di antaranya adalah Pegawai Negeri Sipil Kesehatan (PNS), 6 orang dari program Nusantara Sehat. Vitrise adalah satu-satunya perawat berstatus Pegawai Tidak Tetap.
“Kalau ketersediaan tenaga medis, di Puskesmas Pulau Katarung, tidak ada dokter, tapi untuk saat ini hal tersebut bisa kami tangani, tapi kendalanya kalau ada pasien menderita penyakit yang digolongkan berat yah harus dirujuk ke Melonguane, selain itu obat yang tersedia bukanlah untuk pengobatan penyakit yang digolongkan berat, tapi memang di Puskesmas Karatung membutuhkan dokter umum,” tambah Vitrise.
Bagi Vitrise, bertugas di pulau garda terdepan Indonesia, adalah panggilan luhur. Apalagi dia melayani di kampung halamannya.
“Ini kesempatan berharga dapat melayani di kampung halaman, saya ingin mengabdikan diri untuk saudara-saudara saya, karena siapa lagi yang mau melayani di sini, kalau bukan kita, karena kalau orang luar melayani di sini pasti cuma tidak bertahan lama,” ucapnya.
Pemerintah sejak tahun 2015 hingga September 2018 melalui Kementerian Kesehatan telah menempatkan tenaga kesehatan melalui program Nusantara Sehat (NS) baik secara tim maupun individu. Sebanyak 7.377 tenaga kesehatan NS yang tersebar di 1.661 Puskesmas daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan di 361 kabupaten/kota di 29 Provinsi.
Dalam kunjungan Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, Olly Dondokambey ke Pulau Karatung, Kecamatan Nanusa April 2016, warga telah menyampaikan keluhan dan harapannya untuk pemerintah terkait minimnya fasilitas infrastruktur, pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Sebagai respon atas keluhan warga tersebut, Gubernur mengatakan akan memperhatikan keluhan tersebut untuk ditata pada APBD/APBN.
“Kita akan prioritaskan sejumlah program di wilayah perbatasan ini terutama untuk akses jalan dan perbaikan pelabuhan. Tahun ini juga akan ada penempatan tenaga medis. Bulan depan akan diturunkan Tim Sehat Nusantara komplit dengan dokter dan bidan. Kita juga akan bangun tower komunikasi di sini,” kata Gubernur seperti dikutip dari beritasatu.com. (*)
Editor: Denni Pinontoan