Connect with us

PICSTORY

Petak Sawah di Bangunan Wuwuk

Published

on


Oleh:

Kalfein Wuisan


Tinggal sebagian petak sawah yang digarap di sini. Lainnya sudah tidak lagi. Padahal, pasokan air rupanya sangat banyak.

Namun, untunglah masih ada yang percaya dan mengelola sawahnya.

Bangunan Wuwuk, memang saya kenal, sebagai desa yang mayoritas petaninya mengolah sawah. Begitu juga saudara-saudara saya di sini.

Termasuk om saya, Pa’ Yarni Lumi. Ia dikenal sebagai petani yang sangat rajin. Seminggu lalu, ia berpulang ke Sang Pencipta. Padahal paginya, ia masih sempat ke kebun. Menggarap sawah.Siangnya, ia tiada. Namun, begitulah hidup manusia. Seperti sebuah syair Minahasa: Endo Anio Menge’ke nge’ke, mange ‘mai ona Woondo Nimateo. Katouan rai’ca matantu. (Hari ini tertawa bersuka, esok hari mungkin sudah tiada. Hidup memang tidak tentu).

BangunanWuwuk subuh tadi. Begitu dingin. Udara dingin dari gunung Ambang berhembus ke sini. Mengantar para petani menjemput embun. Mengolah sawah mereka. Kehidupan mereka.

Bangunan Wuwuk, 3 September 2018 pukul 9.58 wita.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *