FEATURE
Prabowo Subianto, Capres Asal Minahasa-Banyumas
Published
6 years agoon
By
philipsmarx2 April 2019
Oleh Denni Pinontoan
Capres Prabowo Subianto, di hadapan publik Minahasa mengaku sebagai orang Minahasa, di hadapan publik Banyumas, ia juga mengaku sebagai orang Banyumas
DEBAT CAPRES di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu, 30 Maret 2019. Capres Prabowo Subiato menyebut identitas asalnya kepada Joko Widodo, capres lawan debatnya.
“Maaf Pak, suara saya keras, saya ini setengah Banyumas, setengah Minahasa. Bapak kan Solo, halus. Jadi kalau Banyumas itu ‘batak’-nya orang Jawa,” kata Prabowo
Seminggu sebelumnya, Minggu, 24 Maret 2019, Capres Prabowo Subianto berkampanye di Lapangan Ketang Baru, Kelurahan Ternate Baru, Kecamatan Singkil, Manado, Sulawesi Utara. Di hadapan pendukungannya, Prabowo menegaskan, bahwa tidak benar dia mendukung kelompok Islam radikal. Ia kemudian menyebut dirinya lahir dari seorang ibu beragama Kristen.
“Banyak yang katakan saya mendukung Islam radikal, itu isu yang sengaja dihembuskan pihak tertentu, saya katakan pada saat ini hal itu tidak benar. Pak Mangindaan tak mungkin mendukung saya kalau begitu. Sembilan bulan lamanya saya dikandung seorang ibu beragama Nasrani, tak mungkin saya dirikan negara Islam,” kata Prabowo.
Ibu Prabowo memang berasal dari Minahasa dan beragama Kristen. Namanya Dora Marie Sigar. Ia lahir di Manado pada 21 September 1921. Meninggal di Singapura 23 Desember 2008 pada usia 87 tahun.
Ayah Prabowo adalah Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Ia lahir pada 29 Mei 1917 di Kebumen, Jawa Tengah. Meninggal di Jakarta pada 9 Maret 2001 di usia 83 tahun. Ayah Soemitro adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, ibunya adalah Siti Katoemi Wirodihardjo.
Soemitro dan Dora Sigar menikah pada 17 Oktober 1951 di Jerman. Pertemuan mereka pertama kali terjadi tahun 1945 pada sebuah kegiatan mahasiswa Kristen Indonesia di Rotterdam, Belanda. Saat itu Dora Sigar sedang belajar di sekolah ilmu keperawatan bedah di kota Utrecht, Belanda.
Pasangan ini dikarunia dua orang puteri dan dua orang putera, yaitu Biantiningsih Miderawati Djiwandono dan Marjani Ekowati le Maistre. Dua putera mereka adalah Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Hashim Sujono Djojohadikusumo.
Keduanya berasal dari keluarga terpandang di daerahnya masing-masing.
Dora Sigar adalah anak dari Philip F.L Sigar, ibunya bernama N. Maengkom. Ayah Dora pada tahun 1920-an adalah anggota Gementeraad Manado periode 1920-1922. Ia pula pernah menjabat Sekretaris Residen (Gewestelijk Secretaris) Manado periode 1922-1924. Kakek Dora adalah Laurents A Sigar (meninggal 1910) dan E. Aling. Kakek Dora merupakan Majoor atau Hukum Besar (1870-1884) di Manado.
Karena silsilah itulah sehingga Prabowo menyebut dirinya juga berasal dari Minahasa. Kalau mengikuti silsilah ayahnya, ia menyebut dirinya berasal dari Banyumas.
Capres Asal Minahasa-Banyumas
Ketua DPD Partai Gerindra Sulut, Wenny Lumentut ketika diwawancari oleh wartawan Sindomanado.com September 2018 lalu mengatakan, Prabowo adalah Putra dari Minahasa.
“Kapan lagi kita punya calon Presiden RI asli putra Minahasa?” Kata Lumentut.
Ketika berkampanye di Manado pada 24 Maret lalu, Prabowo mengatakan, “Saya memilih Sulut untuk kampanye terbuka saya yang pertama karena ini adalah tanah kelahiran ibu saya. Di badan saya mengalir darah Kawanua, Minahasa. Saya ini Orla, Orang Langowan.”
“Saya berharap bahwa saya bisa mendapat dukungan dari saudara-saudara saya di Sulawesi Utara. Kirimlah putra Minahasa ke istana yang ada di Jakarta,” katanya lagi.
Kisah lain Prabowo adalah tentang kedekatan dengan ibunya, Dora Sigar. Kisah ini disampaikanya pada acara dialog silahturahmi pasangan Capres dan Cawapres bersama komunitas kesehatan di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis 28 Februari lalu.
Suara.com Kamis, 28 Februari 2019 memberitakan, pada acara itu terungkap bahwa Capres nomor urut 02 ini punya cita-cita mendirikan akademi perawat dan rumah sakit. Keinginan Prabowo itu ternyata tidak terlepas dari sosok Ibunda, Dora Marie Sigar yang berprofesi sebagai perawat.
Karena itulah sehingga ketika bicara soal kesehatan, kata Prabowo ia agak emosional. Ini karena ia dibesarkan oleh seorang ibu yang berprofesi sebagai perawat.
“Tugas panggilan saya dalam sisa hidup saya seandainya saya tidak di bidang politik, saya berniat mendirikan akademi perawat dan rumah sakit,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo, ini cara dia untuk menghormati ibunya yang adalah seorang perawat. “Untuk menghormati ibu saya karena saya bisa begini karena ibu saya.”
Kisah lain adalah tentang sosok sang ibu di mata dia. Saking menghormati sang ibu, Prabowo sering tidak bisa bikin apa-apa jika dipanggi oleh ibunya. Ini yang membuat ajudan-ajudannya sering meledek Prabowo ketika melihat tingkahnya saat dipanggil oleh sang bunda.
“Sampe ada jokes dari ajudan-ajudan saya, waktu saya jadi tentara ini komandan kita galaknya di sini, tapi kalau dipanggil ibunya lari-lari ketakutan. Saya kira setiap anak seperti itu ya,” ujarnya.
Prabowo sempat mengisahkan suatu kejadian antara ibu dan ayahnya di waktu muda. Pada suatu waktu, Soemitro jatuh sakit dan harus dirawat di sebuah rumah sakit. Saat itu yang bertugas sebagai perawat adalah Dora Sigar. Ayah dan ibunya bertemu di rumah sakit waktu itu. Sebagai pasien dan perawat.
Senin, 14 Mei 2018, Prabowo dan rombongannya melakukan ziarah makam ke Banyumas. Kepada awak media, Prabowo mengatakan, datang berziarah ke tempat itu karena dia adalah keturunan Banyumas.
“Saya kan keturunan Banyumas. Sudah adat kita untuk berziarah, Nyadran. Kita tengok leluhur kita ke tempat pemakaman,” kata Prabowo.
Perlu Kerja Keras
Pada Pilpres tahun 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa. Seperti Pilpres 2019 ini, waktu itu hanya dua pasangan capres yang bertarung. Pasangan Capres lain adalah Jokowi-Jusuf Kalla. Pasangan Prabowo-Hatta nomor urut 1 dan pasangan capres Jokowi-JK nomor urut 2. Pada Pilpres 2014 pemenangnya secara nasional adalah pasangan Jokowi-JK.
Di Sulawesi Utara, pasangan Jokowi-JK meraih suara terbanyak, pasangan Prabowo-Hatta kalah. Hasil peroleh suara Pilpres 2014, pasangan Nomor Urut 1, Prabowo-Hatta memperoleh 620.095 atau 46,12 persen. Pasangan nomor urut 2, Jokowi-JK meraih suara sebanyak 724.553 atau 53,88 persen.
Lebih khusus di Kab. Minahasa, perolehan suara kedua pasangan capres ini masing-masing, pasangan Prabowo dan Hatta memperoleh suara sebanyak 85.418 atau 43,01%. Sedangkan pasangan Jokowi-JK berhasil meraup suara sebanyak 113.149 atau 56,98%. Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menang.
Di Banyumas, tempat yang juga sering disebut Prabowo, pada pilpres 2014 itu juga dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo-JK. Perolehan suara Pilpres di Banyumas pasangan Jokowi-JK berhasil meraih suara sebanyak 63,91, sementara pasangan Prabowo-Hatta hanya meraih 36,09 persen suara.
Melihat hasil Pilpres 2014 itu, agaknya pendukung Prabowo di dua daerah asalnya ini perlu kerja keras untuk dapat menang pada Pilpres tahun 2019 ini. Jika orang-orang di dua daerah ini semakin yakin dengan identitas ‘Minahasa’ dan ‘Banyumas’ pada diri sang capres, mungkin saja ia dapat meraih suara lebih banyak pada Pilpres tahun ini.
Cuma saja, tepat seminggu dari kedatangannya di Manado, Minggu 31 Maret 2019, sehari setelah debat capres itu, Capres nomor urut 1, Joko Widodo, dalam kapasitas sebagai Presiden datang pula ke sini untuk menghadiri kegiatan Konferensi Gereja dan Masyarakat ke-X Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (KGM—X PGI). Dalam kungjungan ini, Presiden Jokowi meresmikan sejumlah proyek infrastruktur di Sulawesi Utara, yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri Bitung, Asrama Universitas Kristen Indonesia (UKIT) Tomohon, dan Asrama Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado.
Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, Ketua PGI Pdt. Henriette Hutabarat-Lebang, Ketua Sinode GMIM, Pdt. Hein Arina, dan tokoh-tokoh penting lainnya di daerah ini tampak hadir menyambut kedatangan Presiden. Demikian juga, ribuan pendeta GMIM hadir untuk menyambut kehadiran sang presiden.
KGM adalah acaranya orang-orang gereja yang didukung penuh oleh pemerintah Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara, gereja terbesar yang memiliki jemaat hingga di hampir semua desa pada 7 kabupaten/kota adalah GMIM.
Prabowo bangga dengan identitas Minahasa yang melekat padanya, juga identitas Banyumas. Tentang apakah ia dapat meraih suara signifikan di dua daerah yang dibangga-banggakannya itu, atau nanti terpilih menjadi Presiden, tanggal 17 April, semua itu akan jelas.(*)
Editor: Andre Barahamin
Komitmen dan misi kami adalah menghadirkan media dengan mutu jurnalisme yang baik. Menurut pendapat kami, salah satu syarat penting untuk mencapai hal itu adalah indepedensi.
Sejak awal, kami telah menetapkan bahwa KELUNG adalah media independen. Sebagai media independen, KELUNG hadir untuk melayani pembaca dengan laporan, artikel atau tulisan yang disajikan secara naratif, mendalam, lengkap dengan konteks. Kami mengajak anda untuk memasuki setiap gejala dan isu untuk menemukan informasi, inspirasi, makna dan pengetahuan.
KELUNG independen oleh karena kami sendiri yang menentukan tema atau isu untuk disajikan. KELUNG bebas dari intervensi penguasa atau pemilik modal. KELUNG independen dari intervensi ideologi agama atau ideologi apapun.
KELUNG independen, karena bebas berpihak kepada kelompok minoritas, kelompok marginal dan lemah secara akses suara ke publik. KELUNG juga akan terus berupaya mengembangkan diri, meningkatkan mutu isi dan penyajian.
Pembaca adalah kunci dari harapan kami ini. Dukungan pembaca berupa donasi, sangat berarti bagi kami dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu jurnalisme yang independen. Kami mengundang pembaca untuk bersama-sama mencapai komitmen dan misi kami ini.
Mari bantu KELUNG dengan cara berdonasi…. selengkapnya
You may like
-
Kelelondey, Klaim Sesat Ala Hitler dan Perlawanan Terhadap Narasi Manipulatif
-
Ibuisme: Dharma Wanita, Emak-emak hingga Ibu Bangsa
-
Manuel Sondakh, Pendeta dan Politisi yang Kontroversial
-
Setelah Tanggal 17, Apa?
-
M.R. Dajoh, Pengarang Syair Mars Pemilu 1955
-
Demokrasi di Minahasa: Tu’ur In Tana’, Pinawetengan, Paesaan In Deken Hingga Pemilihan Ukung