Connect with us

GURATAN

Wanua Imajinasi Kopi

Published

on

 


Oleh:
Daniel Kaligis


PROPAGANDA debar jantung, gelas ke berapa kopimu hari ini. “Sehari saya minum tiga gelas,” kata Rikson, pada diskusi ‘Kopi dan Idealisme’, berapa hari lalu. Saat itu Rikson bertutur kasiat kopi tanpa gula dan ia sudah mendulang faedah minum kopi.

Kopi, surga hari ini, dan gula adalah neraka tak terperih. Maka, tengoklah kami yang manis-manis ini, sampai kita semua tertular diabet. Boleh tertawa!

Situs alodokter.com bilang, bahaya kopi dapat timbul jika konsumsi kopi secara berlebihan. Yaitu menyebabkan jantung berdetak kencang, menjadi tidak teratur, dan menyebabkan kejang. Di samping itu, kopi yang tidak disaring juga dapat memicu beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, karena meningkatkan homocysteine – salah satu jenis asam amino pembentuk protein,  yang diduga berhubungan erat dengan terjadinya serangan jantung, peningkatan lemak dalam darah, serta kolesterol.

Wahai penikmat kopi, bantahlah narasi yang dibangun para pembenci kopi.

Tante saya, namanya Sylvia, usia 83. Dia penyuka kopi dan buku. Suatu pagi terik kami duduk berhadapan di teras rumah Jl. Kerinci. Dia bercerita tentang kampung halaman, dan orang-orang yang masih ada di memorinya, seraya menyebut tempat-tempat yang terlintas dalam lamunannya. Maya, sepupu saya, sering bilang, “Nyokap suka ngomongin orang-orang yang sudah pergi.” Dan pagi terus menderas, Sylvia masih berkisah tentang mereka yang bersekolah berjalan kaki berapa kilometer, atau mengayuh sepeda ke tempat jauh. Long term memory-nya selalu jernih, meski bercampur kepahitan hari ini tanpa kopi.

Suatu saat saya membaca sejarah kopi di Jurnal Bumi. Di sana ditulis yang mana kopi berasal dari Abyssinia, nama daerah lawas di Afrika yang saat ini mencakup wilayah negara Etiopia dan Eritrea. Namun tidak banyak diketahui bagaimana orang-orang Abyssinia memanfaatkan tanaman kopi. Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan orang-orang Arab. Biji kopi dari Abyssinia dibawa pedagang Arab ke Yaman dan mulai menjadi komoditas komersial.

Sejarah kopi mencatat, bangsa Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Mereka mengendalikan perdagangan lewat pelabuhan Mocha, sebuah kota di Yaman. Dari pelabuhan Mocha biji kopi diperdagangkan hingga ke Eropa. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi, sampai-sampai orang Eropa menyebut kopi sebagai Mocha.

Pada dua tahun silam pernah singgah menikmat kopi di Nylon Coffee Roasters, 4 Everton Park, 40, Singapore, seraya ngobrol dengan kerabat dan menulis sajak.

Terbiasa minum kopi tanpa gula, itu saya. Tentu anda boleh memilih sesuai selera.

* * *

Saya bertanya dalam hati, mengapa kopi dinegasikan ilmu kesehatan dan isme tertentu, sementara pada perjalanan hidup saya menyaksikan orang-orang berusia lanjut duduk ngopi di ambang pagi? Oma Beth, misalnya. Di usia 90 tahun masih merokok dji sam soe sambil ngopi dan berdendang ‘she wears my ring’ bersama saya dan Irama Roring. Oma Beth tinggal di batas kampung Paslaten – Leleko, halaman rumahnya bagian belakang ada sumber air panas alam. Masyarakat di sana akrab dengan nama Oma Beth sebab dia adalah bidan yang pernah menjadi kepala Puskesmas di Remboken. Oma Beth suka menolong orang kurang mampu, perempuan-perempuan miskin yang hendak bersalin tidak dituntut bayaran, dan mereka senang membalas kebaikan Oma Beth dengan hasil alam, ubi kayu, setandan pisang, atau apa saja yang mereka punya dan beri sepenuh kasih.

Kenangan Oma Beth itu sudah sekian waktu berlalu. Berdendang ‘she wears my ring’ itu terjadi sekitar tahun 1999 – 2000, pada saat saya membuat media cetak ala kampung bersama kawan-kawan aktivis lingkungan Duta Buana.

Balik pada diskusi yang saya cerita di paragraf pertama: tradisi ngopi untuk diskusi ‘Kopi dan Idealisme’. Tentang nama, tentang kerja hari ini, tentang mimpi yang sementara kami realisasikan dalam tiap derap langkah dan tangan terkepal atau menadah. Lalu, jari-jari, obrolan ini yang ditangkap Kalfein dan menyapaku saban ia mengirim pesan whatsapp. Boleh protes, nanti bayar protesnya pakai kopi semangkuk ‘keretan’ ya Kals.

Kopi di tanah kami sudah sekian tahun tumbuh, silakan buka catatan historinya. Kopi jadi kenangan perbudakan. Itulah mengapa kami mendiskusikan Wildminahassakoya yang tumbuh berdamping seho di tanah Minahassa dan sekitarnya, itulah mengapa aroma arennya khas.

Tidak percaya, terserah. “Benih sudah disemai, ditanam di ladang kami, dan bersama penggarap tanah kami bersekutu dan berbagi pengetahuan,” urai Emon, pemilik kedai Elmonts Coffee & Roastery di Tomohon, saat kami berdiskusi.

* * *

Beberapa literatur tua sudah mengulas tentang sejarah masuknya kopi ke Indonesia. Literatur itu menyebut bahwa pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari Malabar – India, ke Indonesia melalui pulau Jawa.

Medio 1707, Gubernur Van Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon, kawasan Priangan serta wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tanaman baru ini berhasil dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715.

Sekitar 9 tahun kemudian, produksi kopi di Indonesia sudah begitu melimpah dan mampu mendominasi pasar dunia. Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi dari Jawa ke Eropa telah melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha, Yaman, ke Eropa.

* * *

Info berikut ini, saya petik di Jurnal Bumi. Menurut Wiliam H. Ukers dalam bukunya All About Coffe -1922 – kata ‘kopi’ mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata tersebut diadaptasi dari bahasa Arab ‘qahwa’. Mungkin tidak langsung dari istilah Arab tetapi melalui istilah Turki ‘kahveh’. Asal-usul kata ‘kopi’ secara ilmiah mulai dibicarakan dalam Symposium on The Etymology of The Word Coffee pada tahun 1909. Dalam simposium ini secara umum kata ‘kopi’ disepakati merujuk pada istilah dalam bahasa arab ‘qahwa’, yang mengandung arti ‘kuat’.

Di Arab, istilah ‘qahwa’ tidak ditujukan untuk nama tanaman, tetapi merujuk pada nama minuman. Para ahli meyakini kata ‘qahwa’ digunakan untuk menyebut minuman dari biji yang diseduh dengan air panas. Ada juga pendapat lain yang mengatakan qahwa awalnya merujuk pada salah satu jenis minuman dari anggur.

Berapa hari lalu saya mencatat di personal blog: sebelum disentuh bibir, kopi adalah imajinasi.

Mari ngopi, mari berpikir. (*)

 

Editor: Andre Barahamin

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *