Connect with us

BERITA

Warga Manado Waspada Dampak Musim Penghujan

Published

on

29 Januari 2019


Oleh: Juan Y. Ratu


 

kelung.com –Berdasarkan peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir menerjang pada Senin 28 Januari 2019 di wilayah Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu, Minahasa Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolmong, Bolmong Selatan, Bolmong Utara, Bolmong Timur, Sangihe, Sitaro, dan Talaud.

Dari pantauan Kelungbeberapa daerah rawan banjir seperti Kelurahan Ternate Baru Lingkungan I, Kecamatan Singkil, Kota Manado, terlihat masih berada dalam kondisi aman. Warga setempat mengaku banjir yang sering menimpa lokasi tersebut diakibatkan oleh meluapnya air sungai DAS Tondano di Singkil.

“Di sini air kuala nda sempat naik air, tapi waktu banjir bandang (tahun 2014 -red) kena. Banjir biasanya dari kuala,” ujar Maspa Lahai saat diwawancara kelung Senin (28/01) sore.

Lahai menambahkan bahwa ia dan sebagian warga masih trauma dan takut bila hujan lebat datang.

Sebagai daerah yang tergolong padat penduduk dan sering ditimpa musibah banjir di Manado, membuat warga Ternate Baru sudah harus mulai berjaga-jaga saat memasuki musim penghujan. Dengan siasat barang berharga diamankan ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terjangkau oleh banjir.

“Biasanya kalau musim hujan warga sudah siaga mulai bersiap menghadapi hujan dengan cara barang-barang berharga mulai diamankan ke tempat yang aman. Jadi barang dibungkus dalam karung atau tas plastik kemudian ditaruh di loteng atau lantai dua bagi yang ada rumah dua lantai,” terang Lahai.

Lahai juga bercerita bahwa dampak dari banjir yang biasanya dialami adalah penyakit menyerang berupa gatal-gatal dan diare.

Meski waktu sekarang tak banjir, Lahai mengungkapkan bahwa bukan berarti daerah mereka aman dari penyakit. Ia mengatakan bahwa musim penghujan membuat banyak orang terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), terutama anak-anak.

“Di daerah sini, setiap lingkungan minimal ada anak satu yang kena demam berdarah. Ini dia cucu saya baru-baru keluar rumah sakit akibat DBD,” ungkap Lahai sembari menunjuk kepada anak kecil yang aktif bermain di sekitar rumahnya.

Menurut Lahai, DBD terus mengancam penduduk bantaran sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Ternate Baru akibat pengaruh datangnya musim penghujan.

Pendapat Lahai ikut dibenarkan Isak Malanua, warga di Kelurahan Ketang Baru, Lingkungan IV, Kecamatan Singkil, Kota Manado. Malanua mengatakan bahwa sempat minggu lalu air menggenangi rumahnya, akibat saluran pembuangan yang tersumbat. Beberapa rumah juga ikut tergenang air.

“Ini satu minggu lalu rumah saya di bawah jalan. Jadi got tersumbat, air dalam got masuk ke dalam rumah. Waktu itu ada beberapa rumah yang kena,” kata Malanua.

Malanua mengisahkan genangan air yang menghampiri rumahnya, surut kurang dari satu jam. Air cepat surut karena saluran pembuangan yang besar yang sempat dikunci berhasil secepatnya dibuka.

Namun menurut Malanua, yang menjadi masalah terbesar adalah menumpuknya sampah di saluran pembuangan.

“Cuma masalah yang beking itu susah adalah sampah-sampah yang orang-orang buang ke got. Kan kalau saluran air di daerah kami kan yang jadi masalah itu sampah yang sudah menumpuk. Jadi air dari jalan masuk ke dalam tanah orang yang rendah,” jelas Malanua.

Malanua menjelaskan bahwa sungai di Singkil sudah tidak lagi menjadi penyebab utama banjir. Menurut Malanua, warga sangat terbantu dengan peringatan dini yang diberikan oleh BMKG mengenai dampak musim penghujan sejak bulan Desember tahun 2018.

“Sudah ada himbauan dari BMKG, jadi pohon-pohon tinggi sekitar sini sudah dipotong . Himbauan sudah dari sebelum Natal,” terang Malanua.

Lurah Kelurahan Ketang Baru, Muhamad Awal (Foto: Juan Y. Ratu)

Saat diwawancarai Kelung di ruang kerjanya, Lurah Ketang Baru, Muhamad Awal, menghimbau agar seluruh elemen masyarakat di Ketang Baru agar tetap waspada dari intaian bencana.

“Kalau dari 2018 sampai saat ini, masih aman dari banjir. Karena ini cuaca yang berubah-ubah, kita harus tetap waspada. Karena cuaca yang tidak bisa diperkirakan ini setiap saat bisa mengancam nyawa,” kata Awal.

Menurut Awal, bukan hanya kelurahan Ketang Baru yang mesti siaga di musim penghujan ini. Daerah Singkil menurut Awal selalu diintai tanah longsor dan banjir.

“Kalau Kecamatan Singkil itu daerah di bagian bawah itu rawan banjir, sementara yang daerah di bagian atas rawan longsor. Itu mengapa warga tetap diminta waspada,” himbau Awal.

Awal mengatakan bahwa pihaknya selalu memanfaatkan setiap pertemuan acara di wilayah tugasnya demi mengingatkan masyakarat akan dampak bencana dan terutama penyebaran DBD. Ia mengatakan sempat ada anggota masyarakatnya yang meninggal dunia akibat DBD.

“Sempat anak seorang anak berusian sekitar 4 tahun yang meninggal akibat DBD,” kata Awal.

Menurut Awal, demi mencegah hal yang lebih buruk terjadi, upaya sosialisasi dan tindakan pemberatasan penyebaran nyamuk Aides Aegypti terus dilakukan. Salah satunya melalui program Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Program ini merupakan inisiatif dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado. Sosialisasi juga terus dilakukan dengan mendatangi langsung rumah-rumah warga. Sosialisasi ini mencakup soal penyadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan, terutama memeriksa dan menjaga agar saluran air tak tersumbat. Juga mendorong warga agar aktif membersihkan genangan air di barang-barang bekas.

Lurah Ketang Baru ini juga meminta agar masyarakat tak bergantung pada fogging sebagai satu-satunya cara memberantas nyamuk penyebab DBD. Menurut Awal, fogging terbukti hanya efektif untuk membunuh nyamuk dewasa, tapi tidak berhasil melenyapkan jentik nyamuk yang biasanya berkembang biak di sisa genangan air.(*)

 


Editor: Andre Barahamin

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *