Published
6 years agoon
By
philipsmarx17 Januari 2019
Oleh: Juan Y. Ratu
kelung.com – Beberapa hari terakhir, intensitas curah hujan di Manado meningkat. Beberapa titik mengalami dampaknya. Pantauan Kelung di kelurahan Perkamil, kecamatan Paal Dua, kota Manado, pada Rabu (16/11) sore, yang baru saja diterjang banjir. Ditemui di lokasi, di daerah Jalan Manguni Raya, sampingnya eks Pacuan Kuda Perkamil, Noldi Polimpung dan Yenny Masengi, pasangan suami istri warga Perkamil, sibuk membersihkan rumah yang terkena dampak banjir.
Polimpung menjelaskan bahwa air yang mengakibatkan banjir disebabkan karena saluran pembuangan air di arah utara sudah tidak ada pembuangan. Dampaknya, jika terjadi hujan terus menerus, air akan tergenang. Polimpung mencontohkan banjir yang terjadi minggu lalu.
“Air yang datang dari arah Liwas (daerah sebelah utara Perkamil, red), sudah tidak mengalir. Kalo ujang, depe aer tatahang. Jadi banjer noh. Macam minggu lalu,” ujar Polimpung.
Masyarakat di sekitar lokasi sudah tahu bila terjadi hujan lebat, pasti terjadi genangan. Pilihannya berdiam di dalam rumah atau mencari alternatif jalan lain. Karena banjir menggenangi sepanjang 300 meter di ruas jalan Manguni Raya, melumpuhkan akses transportasi dari arah Perkamil menuju Paal Dua dan sebaliknya. Polimpung mengatakan bila terjadi banjir ketinggian air bisa mencapai pinggul orang dewasa.
“Air kalau di rumah sampai di tulang kering, itu karena kintal ini di atas jalan. Tapi kalau di jalan ketinggian air bisa sampai pinggul. Otomatis kendaraan tak bisa lewat,” kata Polimpung.
Sementara Yenny Masengi menjelaskan bahwa pihak pengelola pembangunan proyek eks Pacuan Kuda Perkamil tidak memperhitungkan saluran air sehingga mengakibatkan penumpukan air di daerah jalan akses dari Perkamil ke Paal Dua.
“Mereka salah buat gorong-gorong, jadi terjadi menumpukkan di sekitar sini,” jelas Masengi.
Menurut Masengi, banjir mulai terjadi sejak proyek pembangunan kawasan yang diperuntukkan untuk olahraga berkuda itu bergulir, tapi disayangkan pihak kontraktor tidak memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
“Banjir terjadi sejak pembangunan kawasan Pacuan Kuda Perkamil, yang dibangun Perusahaan Sinarmas, kemudian mereka memindahkan got. Dari dulu di daerah sini tak pernah banjir, nanti ini Sinarmas membangun, baru mereka menutup jalur air yang seharusnya melewati pacuan kuda, dan dialihkan tanpa perencanaan,” tambah Masengi.
Ia menduga pembangunan ini abai melihat kepentingan rakyat, karena merupakan kongkalikong dari pihak pemerintah dan pengusaha.
“Kan ini ketua DPRD Kota Manado ibu Nortje, orang mereka. Waktu itu dia belum anggota dewan, tapi sebagai bendahara mereka. Yah ini kan proyek orang di atas, jadi biar sudah seribu orang tegur, tak berdampak, lalu jadi begini,” resahnya.
Pembangunan dari kontraktor perusahaan yang menangani proyek pacuan kuda di Perkamil ini, sempat mendapatkan protes dari warga sekitar, karena pembangunannya memanupulasi saluran air. Air yang sesungguhnya harus melewati pacuan kuda, dialihkan mengikuti daerah tepian pacuan, sehingga melembah sekitar 300 meter yang jadi lokasi genangan saat hujan turun.
“Dulu sih banyak orang yang protes sebenarnya, tapi karena mereka orang besar, yah jadi begini di sini. Karena saluran air dipindahkan sehingga, air dari Liwas turun, dan air yang mengarah ke perkamil tersendat, kemudian jadilah penumpukan di ruas jalan sampai pacuan Kuda perkamil ini,” sesal Masengi.
Masengi mengisahkan sejarahnya daerah tersebut, tidak ada riwayat banjir, bahkan sewaktu sebagian besar wilayah Manado terkena banjir bandang di tahun 2014, daerah tersebut tidak bendampak, karena rekayasa pembangunan saluran air pacuan kuda belum jalan. Baginya ini hanya karena saluran air yang dibangun saja yang bermasalah.
“Rumah ini sudah lama, tak pernah banjir seperti ini, bahkan waktu banjir bandang, tidak kena dampak,waktu itu pacuan masih di bawah jalan,” jelas Masengi.
Masengi meminta kepada pemerintah, agar memperhatikan pembangunan bukan sekedar membangun semata, tapi juga memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi. Terlebih adanya pembenahan saluran air, yang tidak hanya harus bersih tetapi juga untuk saluran mengaliri air sesuai alamiahnya.
“Kami mau sampaikan kepada pemerintah, yang perlu di benahi itu got, bukan hanya kebersihan got, tapi juga tata kelola got tersebut. Meminta agar memperhatikan ini, ini semua karena saluran air saja, di lokasi ini tidak pernah ada riwayat banjir, nanti setelah saluran air, dialihkan baru kami kena dampak,” tegasnya.(*)
Editor: Gratia Karundeng
Film Mariara: Pertarungan Interpretasi Iman dan Ancaman Penghayat Kepercayaan
Arnold Baramuli dan Bumi Beringin
Tangan Kapitalis-Oligarki di Pusaran Polemik Pertambangan dan Pelanggaran HAM
Kamisan Manado, Gerilya Kemanusiaan Melawan Penggelapan Kebenaran
Korban Penggusuran Singkil Menjerit
Tataha’an Toitow, Bengkel Waruga di Wanua Ure Tiniwa’an