FEATURE
Will Connolly Melawan Rasisme dengan ‘Telur’, Apa Pesannya?
Published
5 years agoon
By
philipsmarx19 Maret 2019
Oleh: Denni Pinontoan
Apa yang hendak disampaikan oleh Will Connolly ketika nekat memecahkan telur di kepala Fraser Anning, senator rasis itu?
WILL CONNOLLY, seorang remaja Australia berusia 17 tahun tiba-tiba mendunia. Ini gara-gara ia melakukan aksi berani menyergap dan memecahkan telur di kepala Senator Queensland, Fraser Anning. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (16/3/2019), sehari setelah peristiwa penembakan brutal di Selandia Baru.
Saat itu Anning sedang diwawancarai oleh wartawan pada sebuah acara politik di Melbourne. Conolly juga hadir di situ. Dalam wawancara itu, Anning mengeluarkan pernyataan yang menyebut sebab penembakan di Selandia Baru adalah umat Muslim.
Conolly yang berdiri di belakangnya sambil mengambil gambar, tak senang mendengar pernyataan itu. Remaja asal Victoria ini lalu menimpuk kepala sang senator dengan telur. Kejadian itu direkam oleh wartawan dan banyak orang lainnya. Dengan segera, foto dan video peristiwa itu menyebar ke media sosial. Media cetak dan elektronik memberitakannya secara luas.
Connolly segera mendunia. Netizen menjulukinya ‘eggboy’. Tagar #eggboy segera menjadi kode kepahlawanan seorang remaja, warga negara Australia menentang rasisme.
Sehari setelah peristiwa itu, Minggu, 17 Maret, Connolly menulis di akun Twitter-nya. Dalam twit-nya, selain menyampaikan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukungnnya, ia juga mengajak orang-orang untuk melawan rasisme
“Jangan lupa teman-teman kita semua dalam kebersamaan ini melawan rasisme dalam bentuk apapun,” tulis Connolly.
Anning dulunya adalah politisi Partai One Nation. Ia berhasil menjadi senator dari partai itu. Namun kemudian keluar dari partai itu dan menjadi anggota independen.
“Pandangan politiknya sangat menentang imigrasi Muslim ke Australia,” tulis detik.com, Senin, 18 Maret 2019.
Detik.com menulis, pada November 2017, Anning dilantik jadi senator menggantikan Roberts yang didiskualifikasi karena terbukti memiliki kewarganegaraan ganda. Dalam pidato pelantikannya, Anning langsung melontarkan pernyataan provokatif. Dia mendesak dipulihkannya sistem imigrasi “Kristiani Eropa” dan melarang Muslim ke Australia.
Dia juga memuji kebijakan “White Australia” yang pernah berlaku di negara itu. Kebijakan ini mengkhususkan Australia bagi pendatang kulit putih saja.
“Keberagaman budaya etnis telah dibiarkan berkembang ke arah yang membahayakan di banyak tempat (di Australia),” ujar Anning seperti dikutip detik.com.
Dia menuding masyarakat Muslim Australia sebagai pihak yang paling sulit berasimilasi dan berintegrasi dengan masyarakat lainnya.
“Kebanyakan Muslim di Australia yang berusia kerja tidaklah bekerja melainkan tergantung pada tunjangan,” kata Anning lagi.
Awal tahun ini, tulis detik.com, Anning dengan menggunakan fasilitas sebagai pejabat publik, hadir dalam aksi demo kelompok anti Islam di Melbourne. Aksi itu digelar oleh kelompok ekstremis United Patriots Front dan banyak menggunakan simbol-simbol NAZI.
Jadi, dengan memecahkan telur di kepala Anning, Connolly jelas menyatakan sikap anti rasisme, anti Islamfobia dan juga anti supremasi kulit putih, meski pun dia sendiri berkulit putih.
Connolly Generasi Australia yang Anti Rasisme
Sebagai seorang yang tiba-tiba terkenal, tentu belum banyak informasi profil Connoly. Bagaimana ia seolah telah menjadi ‘icon’ generasi milenial Australia yang memiliki pandangan terbuka, moderat, anti rasisme dan Islamfobia?
Di statusnya yang lain dia mengatakan, “Muslim bukanlah teroris dan teroris tidak beragama.”
Di akun media sosialnya, baik Twitter maupun Instagram, tampak Connolly adalah remaja yang periang. Senang berolahraga. Memiliki banyak teman. Dan akur dengan keluarga.
Sajjad Shah, pendiri GoFundMe, platform penggalangan dana sosial terbesar di dunia (didirikan pada tahun 2010) di website GoFundMe menulis, bahwa ia telah menghubungi Connolly dan ibunya melalui telepon.
“Mereka adalah orang-orang yang luar biasa,” kata Shah.
Dari komunikasi itu, Shah mengetahui bahwa keluarga Connolly sedang mengalami banyak hal pasca insiden tersebut. Tapi, kata Shah, keluarga ini mendukung kampanye GoFundMe untuk membantu para korban di Selandia Baru.
Atas maksud baik Shah itu, Connolly menjawabnya dengan berkata, ”Merupakan suatu kehormatan untuk mewakili komunitas Muslim dan bahwa saya tidak ingin menyimpan dana, saya lebih suka memberikannya kepada keluarga Muslim yang telah terluka atau orang yang dicintai meninggal.”
Kampanye Shah untuk pengumpulan dana tersebut adalah bentuk hormatnya bagi Connolly yang telah berani menyatakan sikap menolak rasisme. Bersama dengan itu adalah sikap Connolly yang membela orang-orang Muslim.
“Ketika saya pertama kali menghubungi mereka, saya memberi tahu mereka bahwa saya ingin mengumpulkan dana untuk mereka atas nama komunitas Muslim karena kami sangat menghargai sikap Will yang membela apa yang benar,” tulis Shah.
Rasisme adalah bagian dari sejarah kelahiran Australia, yang datang bersama dengan kolonialisme. Namun, tidak semua orang Australia mengakui hal itu.
“Banyak orang Australia menyangkal bahwa Australia adalah masyarakat rasis,” tulis Jan Pettman dalam Anti-Racism: A Handbook for Adult Educators yang diterbitkan oleh Australian Government Publishing Service Canberra tahun 1986.
Kata Pettman, bicara penjajahan di Australia, berarti terkait dengan Inggris.
“’White Australia’ adalah produk dari Imperialisme Inggris tetapi yang terjajah adalah, pertama dan terutama, Aborigin, penduduk asli yang kini telah berkurang menjadi minoritas kecil di tanah mereka sendiri,” tulis Pettman.
Kebijakan ‘White Australia’ (Australia Putih) adalah istilah yang mencakup beberapa kebijakan pemerintah Australia yang lebih memilih imigran dari negara-negara Eropa tertentu, khususnya Britania Raya.
Di bagian utara bola bumi, berkembang kekuatan-kekuatan seperti, industrialisasi, kapitalisme dan kolonialisme. Seiring berlalunya waktu, ia melahirkan ideologi tentang kemajuan, persaingan, dan kemenangan, yang merupakan tujuan akhir yang materialistis.
“Doktrin Laissez-faire mengirim anak-anak ke pabrik dan tambang batu bara di Inggris; dan Darwinisme Sosial digunakan untuk membenarkan penaklukan orang-orang di Afrika, Pasifik dan Australia,” jelas Pettman.
Di kemudian hari, kehadiran imigran Muslim telah juga menjadi bagian dari sejarah negara itu. Demikian juga dengan gerakan melawan rasisme, Islamfobia, fundamentalisme agama dalam bentuk lain, semisal anti Kristen, seperti di negara-negara lain, juga adalah bagian dari sejarah Australia.
Rasisme di Australia dalam sejarahnya tentu bukan tanpa perlawanan. Orang-orang Aborigin sudah melakukan protes sejak mulanya. Namun, pada tahun 1930-an gerakan protes mereka memperoleh momentum. Media mulai meliputnya. Lalu, pendapat internasional, termasuk kelompok-kelompok anti-kolonialisme dan anti-rasisme di PBB, mengingatkan Australia tentang lokasi geografis dan kerentanan politiknya.
Pada tahun 1972, ketika Partai Buruh berkuasa di Australia platform politik mereka termasuk hak atas tanah, dan membentuk Departemen Urusan Aborigin. Pernah dicoba politik asimilasi di sana, tapi tidak berhasil. Orang-orang Aborigin menolaknya.
Connolly adalah salah satu dari banyak generasi Australia yang berada dalam sejarah gerakan anti rasisme itu. Sebagai negara multikultural, politik multikulturalisme diperkenalkan oleh pemerintah, atau gerakan-gerakan masyarakat sipil. Buku Anti-Racism: A Handbook for Adult Educators mungkin adalah salah satu cara bagaimana memasukan pemikiran dan kesadaran anti rasisme di kalangan lebih luas orang-orang Australia.
Negara besar yang multikultural itu bagaimanapun masih berjuang menghadapi masalah rasisme. Hingga kini hal itu masih terjadi. Dalam laporan Australian Human Rights Commission tahun 2018 disebutkan, 20% orang Australia telah mengalami rasisme dalam 12 bulan terakhir karena warna kulit, asal etnis atau agama mereka.
Jadi, Connolly, si ‘eggboy’ adalah fenomenal. Ia menyatakan sikap menolak rasisme dengan memecahkan telur di kepala Anning, senator sayap kanan itu. Meskipun itu beresiko, sebab setelah melakukan aksi, ia dikeroyok oleh sekelompok orang di tempat itu.
Ketika Connolly heboh sedunia dengan ‘eggboy’ yang dikodekan kepadanya, gerakan mendukungan anti rasisme dan anti Islamfobia tampak muncul ke permukaan. Ternyata, sikap anti rasisme adalah universal, itu berarti pula sikap dan kesadaran untuk membuat bumi ini lebih baik adalah juga universal. Itu yang mungkin dapat dikatakan hal paling luar biasa yang dilakukan oleh Will Connolly.
Connolly sedang membuat sejarah baru di Australia. Sejarah perlawanan terhadap rasisme. Ini berarti berarti melawan sejarah dan ideologi dominan negara dan kaumnya sendiri.
“I’m a human not racist…” tulis Connolly pada akun Twitter miliknya.(*)
Editor: Daniel Kaligis